Mp3 Lirik Terima Kasih Sahabatku Nasyid Gontor

Lagu yang sangat enak untuk didengar, nasyid yang mendidik dan membuat persahabatan makin rekat. Sehingga persatuan dan kesatuan menjadi sesuatu yang didambakan oleh setiap anak.


Karena bagusnya lirik dan lagu/ nasyid untuk sahabat ini, maka kami mempermudah pembaca sekalian untuk mengunduh dan memutarnya. Kami akan menyediakan lirik terimakasih sahabatku gontor, sehingga anda bisa download nasyid gontor terimakasih sahabatku.

Lagu ini lirik lagu untuk sahabat gontor berasal dari kreasi anak-anak pelajar atau santri di Pondok Gontor yang terkenal dengan pendidikan karakternya yang kuat, juga selalu memacu santrinya untuk berkarya, salah satunya dalam dunia musik dengan menghadirkan banyak lagu-lagu bernuansa pendidikan dan bernilai Islami.

Streaming Mp3 Terimakasih Sahabatku


Video Lirik Terima Kasih Sahabatku Nasyid Gontor


Lirik Terima Kasih Sahabatku Nasyid Gontor

Kau buat hari semakin berwarna
Kau buat suasana bahagia
Ceriakan pagiku, ramaikan malamku
Terbitkan senyum diwajahmu

Saat ku lihat dunia kelabu
Ku tak akan membiarkanku
Kau buat berwarna, semakin berwarna
Kau tak akan biarkan ku layu

Reff:
Saat semangatku sedang layu
Kau sahabatku yang selalu ada
Ceriakan pagiku, ramaikan malamku
Dan terbitkankan senyum di pipiku

Saat-saat ku bersamamu kawan
Tak mungkin mudah ku lupakan
Kan selalu ku kenang karena terasa indah
Terima kasih, sahabatku.....

*
Ratusan rintangan yang menghadang
Ribuan cobaan yang menerpa
Bertahanlah engkau dan selalu terus bertahan
Dari semua cobaan

Saat semangatku sedang layu
Kau sahabatku yang selalu ada
Ceriakan pagiku, ramaikan malamku
Dan terbitkankan senyum di pipiku

Saat-saat ku bersamamu kawan
Tak mungkin mudah ku lupakan
Kan selalu ku kenang karena terasa indah
Terima kasih, sahabatku.....

Download Mp3 Nasyid Terima Kasih Sahabatku

Goodle Drive klik disini

DropBox        .klik disini






Review Buku Perbandingan Pendidikan Islam

halim.web.id – berbicara masalah pendidikan memang tidak ada habisnya. Sejak zaman Rasulullah Saw, problem pendidikan memperoleh prioritas utama. Hal ini tercermin dari cara Beliau menyampaikan dakwah, yang berarti mengajarkan sesuatu kepada ummat dan juga Beliau belajar kepada Allah Swt. Selain itu, Rasulullah Saw juga berpesan dan mengisyaratkan pentingnya pendidikan dengan berbagai sabdanya. Diantaranya adalah bahwa menuntut ilmu haruslah dari buaian hingga liang lahat.

Islam sebagai agama yang mengutamakan pendidikan, telah memunculkan banyak tokoh terkai bidang pendidikan ini. Kemunculanya juga beragam, dari awal penyebaran Islam, masa keemasan hingga masa modernisasi dan masa kini. Kesemuanya memiliki corak dan laatar belakang tersendiri yang mengilhami pemikiran mereka atas pendidikan Islam.


Buku yang berjudul, Perbandingan Pendidikan Islam ini menguraikan berbagai pemikiran pakar pendidikan Islam. Tujuan utamanya adalah untuk menelaah dan mempelajari kembali bagaimana pemikiran pendidikan Islam pada masa tersebut, hal apa saja yang patut diperhatikan, apa yang membuat maju dan mundur hingga bagaimana pemikiran tersebut berkembang.

Buku Perbandingan Pendidikan Islam ini adalah terjemahan dari buku berbahasa arab dengan judul aslinya adalah, Dirasah Muqoronatun fi-Tarbiyah Islamiyah”. Pengarangnya adalah Ali Al-Jumbulati dan  Abdul Futuh at-Tuwaanisi, kemudian yang menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah Prof. H. M. Arifin, M.Ed. buku yang diresensi ini adalah cetakan kedua pada tahun 2002, yang diterbitkan oleh PT Rineka Cipta, Jakarta.

Uraian dalam buku ini lebih menitikberatkan pada perbandingan antara berbagai pendapat diantara para tokoh dan ahli pendidikan Islam, yang dengan teori-teori pendidikan modern sekarang ini. Disamping itu, diuraikan pula pendapat-pendapat baru dari tokoh-tokoh pemikir masa lalu. Sehingga, dengan membacanya akan menambah wawasan kita tentang berbagai pemikiran tokoh dalam pendidikan Islam.

Buku ini terdiri dari 17 bab. Uraian lengkapnya adalah sebagai berikut: (1) ciri-ciri dan Tujuan Pendidikan Islam, (2) Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam, (3) Tujuan Pendidikan Islam, (4) hubungan antara Sistem Islam dan Sistem Pendidikan, (5) Kurikulum Pendidikan Islam, (6) Aliran al-Qabisi dalam Pendidikan Islam, (7) al-Kuttab (Islam) sebagai lembaga Pendidikan untuk Membentuk Kepribadian, Kebebasan dan Demokrasi, (8) Pandangan Baru al-Qabisi, (9) Ibnu Sina, (10) Sumbangan al-Ghazali sebagai Argumentator Islam, (11) Media Pendidikan Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan Akhlak, (12) Gambaran Umum tentang Kehidupan Ibnu Khaldun, (13) Pandangan Ibnu Khaldun terhadap pendidikan, (14) Prinsip-prinsip Pendidikan anak yang terkandung Dalam Wasiat al-Rasyid, (15) Persamaan dan Perbedaan Pendapat, (16) Keistimewaan Sistem Pendidikan Islam, dan terakhir (17) penutup.

Kelebihan buku ini terletak pada analisis. Dimana penulis dalam suatu saat mengaitkan antara pemikiran pendidikan satu dengan yang lainya. Namun, ditempat lain penulis dengan cermat menemukan sisi kontradiksi atau apapun yang berlaian dengan pemikiran pendidikan lainya. Kemudian, pembahsan tentang pemikiran juga cukup lengkap walaupun tidak selengkap karya ilmiah ataupun desertasi.

Peluang dan Tantangan Pendidikan Luar Sekolah di Desa dan Kota

halim.web.id- Dalam artikel sebelumnya, kita telah mengenal Ciri Masyarakat Desa dan Karakteristik Masyarakat Kota. Pada Artikel ini, penulis ingin menyampaikan tentang bagaimana penerapan pendidikan luar sekolah/ pendidikan sosial pada masyarakat desa dan kota. Dengan berbedanya karakteristik yang ada di masyarakat desa dan kota, tentunya akan mempengaruhi corak pendidikan non forma yang ada di keduanya.

ada beberapa Peluang dan Tantangan Pendidikan Luar Sekolah di Desa dan KotaPendidikan non formal memiliki peluang besar untuk mengembangkan masyarakat desa. Hal ini dapat dilihat dari antusiasme masyarakat desa dalam hal kegiatan kebersamaan. Seluruh lapisan masyarakat desa berpeluang sama untuk mengembangkan ketrampilan yang dimilikinya. Kegiatan ini sendiri harusnya dilaksanakan di daerah mereka sendiri.

Pendidikan non formal akan lebih berhasil apabila ditekankan pada aspek pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat pedesaan. Kebutuhan dasar seperti sandang (pakaian), pangan (makanan) dan papan (tempat tinggal) mendapatkan porsi perhatian yang besar dari masyarakat desa.

Selain pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan yang lainya juga menjadi program tersendiri dalam mengembangkan masyarakat pedesaan. Kebutuhan lain yang idmaksud adalah kebutuhan keamanan, sosial, mendapatkan penghargaan serta aktualisasi diri.

Pertanian sebagai mata pencahatian umumnya di berbagai desa bisa menjadi sasaran pendidikan non formal. Edukasi tentang lingkungan, alam, dan potensi pertanian akan mengundang masyarakat untuk mengikuti kegiatan non formal ini.

Dibalik peluang luas untuk masuknya pendidikan non formal di masyarakat, banyak pula tantangan yang harus dihadapi dalam menyelenggarakan pendidikan non formal. Diantaranya adalah sifat masyarakat desa itu sendiri.
Sikap sangat berhati-hati bahkan memandang kurang positif para pendatang baru seakan sudah melekat dalam diri Masyarakat Desa. Maka diperlukan pendekatan intensif sebelum pelaksanaan pendidikan bahkan ketika berjalanya kegiatan itu dan tahap pelaksanaan praktis.

Menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan juga menjadi cirikhasnya. Mengetahui kepribadian dan struktur masyarakat tak boleh ditinggalkan dalam membina masyarakat desa.

Lain halnya dengan peluang pendidikan non formal yang ada di kota. Masyarakat kota sebagai kumpulan individu dari berbagai ragamnya dan stata terkelompokkan juga dalam kemampuan dan keahlian masing-masing. Kota bersifat lebih komplek dan penduduknya memiliki ketrampilan yang beragam.
Pendidikan non formal di kota berpeluang besar untuk masuk pada ranah pengembangan ketrampilan dan life skill. Ketrampilaan diharapkan mampu mnejadi wadah bagi mereka yang ingin mengembangkan potensinya, sehingga dapat menghasilkan karya kreatif dan inovatif di bidangnya.

Sistem pembagian kerja yang terorganisir membuat pendidikan non formal mudah menemukan tempatnya. Pembagian pekerjaan bisa dijadikan perhatian untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat kota.

Bersedia menerima perubahan yang terjadi merupakan kebiasaan sekaligus ciri khas masyarakat kota. Disinilah pendidikan non formal akan lebih mudah untuk masuk dan berkembang pada seluruh lapisan masyarakat kota. Upaya untuk memahamkan pentingnya pendidikan non formal sudah tidak perlu disinggung lebih jauh karena mereka seyogyanya sudah tahu pentingnya pendidikan bagi kehidupan.

Tantangan yang dihadapi tak kalah menarik dari peluang pendidikan non formal di kota. Masyarakat yang beragam kadang melahirkan ketidaksamaan cara pandang, berbeda persepsi dan tujuan dalam pelaksanaan pendidikan non formal.

Selain itu tipologi pemenuhan pekerjaan menjadikan masyarakat kota bergantung pada terbukanya lapangan pekerjaan daripada sebuah pengarahan dan kegiatan edukasi. Hal ini karena pekerjaan adalah kebutuhan utama untuk dapat bertahan di kawasan kota.

Ciri Masyarakat Kota dalam Sosiologi Pendidikan

halim.web.id - Masyarakat kota sering disebut juga urban community. Menurut Kamus Bahasa Inggris, Urban diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kota. Urban Community berarti komunitas/ segolongan individu yang membentuk masyarakat yang menempati wilayah perkotaan. Perkotaan, tentunya sanagt berbeda dengan masyarakat pedesaan. Hal utama yang membedakanya adalah bangunan masyarakat.

sebelum membaca lebih jauh, mungkin anda juga harus membaca ciri masyarakat desa pada arikel sebelumnya.


Ada beberapa ciri pada masyarakat perkotaan, yaitu :

Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja. Kehidupan kota dengan penduduk yang melimpah menyebabkan hal ini. Mereka lebih disibukkan dengan berbagai rutinitas baik kerja maupun hiburan yang hampir ada setiap waktu. Lembaga Pendidikan Keagamaan sendiri lebih banyak terdapat di desa daripada perkotaan yang mengedepankan sisi rasionalisme otak.

Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme). Ciri ini bisa merupakan kelebihan dan juga kekurangan. Hidup mandiri bagi sebagian warga kota merupakan keharusan. Pengaturan jadwal kegiatan, rutinitas harian, jebakan kemacetan, keramaian dan berbagai hal kompleks lainya menyebabkan mereka harus menyiasatinya. Namun, hal ini juga menjadikan mereka individualis dan sangat sering melupakan orang-orang sekitar bahkan terkadang melupakan tetangganya sendiri.

Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata. Di kota, banyak orang bekerja secara spesialis. Ada yang spesialis mengurus kesehatan, pembangunan, distribusi barang-barang hingga kerajinan dan kesenian. Setiap orang yang mengerjakanya memiliki batas yang tegas dalam pembagian kerja yang membedakan pekerjaan satu orang dengan yang lainya.

Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota. Industri merupakan sesuatu yang tak dapat berpisah dengan kota dan hanya ada di kota. Kesiapan SDM dan pengangkutan sumberdaya dari desa diolah di kota untuk kemudian dijadikan barang yang bernilai. Selain itu, banyak juga yang membuka lowongan pekerjaan mulai dari pembersih kantor hingga manajer perusahaan. Kesemuanya itu membuat kesempatan bekerja di kota lebih besar daripada di desa, hanya saja pencari pekerja juga tak terhitung.

kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu. Perubahan di kota terjadi setiap saat bahkan setiap detik. Waktu menjadi hal yang amat penting. Bayangkan saja bila terlambat lima belas menit untuk pergi ke kantor, mungkin saja jalanan sudah tidak lenggang lagi, penuh dengan berbagai jenis kendaraan, bahkan sering terjadi kemacetan arus lalu lintas, apalagi pada waktu-waktu liburan.

Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar. Perubahan di kota yang sanagt cepat salah satunya karena pengaruh budaya luar. Budaya itu menyebar layaknya jamur di musim hujan. Sangat banyak dan terjadi di mana-mana. Masyarakat kota dengan berbagai kelas masyarakatnya secara cepat beradaptasi dan mengikuti perubahan yang ada. Keterbukaan akan perubahan ini bisa menjadi positif bila dimanfaatkan untuk moment perubahan ke arah yang lebih baik. Namun, bila tidak mempelajari dan memahami sisi positifnya, banyak yang lebih mengarah kepada keburukan.

Ciri masyarakat desa dalam Sosiologi Pendidikan

halim.web.id - Masyarakat dikategorikan menurut wilayah dimana mereka tinggal dibagi menjadi dua, yaitu masyarakat desa dan masyarakat kota. Masyarakat Desa maupun Kota keduanya memiliki ciri khusus yang dapat kita lihat dalam konteks ilmu sosiologi pendidikan. Dengan berbagai ciri yang ada, tentunya pendidikan akan memberikan perlakuan yang berbeda guna meningkatkan efektifitas dan efisienitas pendidikan yang dilaksanakan.

Dari segi pengertian umum, orang kebanyakan (umum) memahami desa sebagai tempat dimana bermukim penduduk dengan ‘peradaban’ yang lebih terbelakang ketimbang kota. Biasanya dicirikan dengan bahasa ibu yang kental, tingkat pendidikan yang relatif rendah, mata pencaharian yang umumnya dari sektor pertanian. Bahkan terdapat kesan kuat, bahwa pemahaman umum memandang desa sebagai tempat bermukim para petani.



Memang anggapan diatas tidak begitu salah. Namun, dibalik apa yang terlihat negatif, terdapat sisi positif yang amat banyak bila kita benar-benar mengerti ciri masyarakat desa. Keluasan pengetahuan dan melihat sisi positif dan negatif suatu keadaan sosial sangat perlu karena itulah yang membentuk budaya dan adat mereka. Dengan mengetahuinya, kita dapat dengan mudah mengajak mereka melakukan perbahan untuk maju.

Beberapa ciri desa dalam konteks Sosiologi Pendidikan adalah sebagai berikut:

1)      Desa umumnya terletak di, atau sangat dekat dengan, pusat wilayah usaha tani (sudut pandang ekonomi)

2)      Dalam wilayah itu, pertanian merupakan kegiatan ekonomi dominan

3)      Faktor penguasaan tanah menentukan corak kehidupan masyarakatnya

4)      Tidak seperti di kota ataupun kota besar yang penduduknya sebagian besar merupakan pendatang, populasi penduduk desa lebih bersifat “terganti dari dirinya sendiri”

5)      Kontrol sosial lebih bersifat informal, dan interaksi antar warga desa lebih bersifat personal dalam bentuk tatap muka

6)      Mempunyai tingkat homogenitas yang relatif tinggi dan ikatan sosial yang relatif lebih ketat daripada kota (Wiradi, 1988)

Dalam buku Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons” menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft) yang mebngenal ciri-ciri sebagai berikut :

  • Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.

  • Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.

  • Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)

  • Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).

  • Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.

Konsep Pengembangan Public Relation/ Manajemen Hubungan Masyarakat

Konsep Pengembangan Public Relation
Bagian humas (Hubungan Masyarakat) sebagai salah satu bagian terpenting dalam unsur pendidikan memang dibentuk guna menjembatani masyarakat dan organisasi sekolah. Adanya pemisah antara sekolah dan masyarakat terkadang membuat kesalahpahaman sehingga terbentuk persepsi negatif, karena itu harus dijembatani dengan bagian humas.

Humas mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Agar perkembangan itu lebih terarah dan cepat, maka dibuatlah konsep pengembangan humas organisasi. Dalam hal ini, penyusun menggunakan pendekatan tiga tahap evolusi dalam humas menurut Michael Turney, Ph.D., ABC, Professor Emeritus of Communication & IABC Accredited Business Communicator. Tiga tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Publicity phase of public relations
Tahap ini adalah awal bagaimana humas bergerak. Dimana humas mempublikasikan lembaga atau organisasi. Tujuan utamanya yaitu agar banyak orang yang tahu tentang keberadaan lembaga tersebut. Dalam dunia pendidikan, biasanya diadakan tasyakuran pembukaan lembaga baru yang dihadiri tokoh masyarakat sekitar dan masyarakat umum.
2.    The explanatory phase of public relations
Tahap ini, bagian humas berusaha untuk menjelaskan lebih lanjut tentang lembaga atau organisasi yang dikelola. Penjelasan tersebut dapat berupa tujuan didirikanya lembaga, program-program lembaga, siapa saja didalamnya, bagaimana manajemenya dan sebagainya. Hal ini ditujukan agar masyarakat dapat menerima, memahami dan mendukung program-program lembaga tersebut.
3.    Mutual satisfaction phase of public relations[1]
Pada tahap ini, bagian humas telah memberikan pemahaman yang baik kepada masyarakat, sehingga terbentuk pengertian dan dukungan terhadap organisasi. Selain itu, bagian humas telah membuat program-program yang menguntungkan dua pihak. Humas bukan hanya menjadi penyalur informasi dari organisasi kepada publik, namun juga menjadi tempat aduan masyarakat tentang organisasi, tempat mengungkapkan ide dan program dari masyarakat kepada organisasi.

Implementasi Pengembangan Humas dalam Lembaga Pendidikan Islam (Pesantren)

Implementasi Humas dalam lembaga pendidikan umum ataupun lembaga pendidikan pesantren terlihat mirip. Hanya saja, pada pesantren lebih ditekankan lagi nilai-nilai keagamaan serta budaya agamanya.
Sebagaimana diatas, ada tiga tahap dalam mengembangkan humas. Pertama humas sebagai corong atau pemberi informasi kepada publik, kedua menajadi sumber rujukan segala informasi dan kegiatan organisasi, dan ketiga terlaksanaya program-program dan kegiatan yang memberikan manfaat bagi keduanya.
Pada tahap pertama, lembaga pendidikan Islam yang dalam hal ini pesantren harus mampu menempatkan dirinya dalam dunia pendidikan. Maksudnya, lembaga pendidikan harus merumuskan dulu visi, misi, dan program lembaga. Apa tujuan utama didirikanya lembaga, siapa saja didalamnya, bagaimana sistemnya dan lain sebagainya. Kemudian, apa yang telah dirumuskan tadi dipublikasikan kepada publik atau masyarakat.
Pesantren yang tidak mempublikasikan informasi yang ada didalamnya akan kurang menarik perhatian masyarakat. Bahkan, bisa jadi dicurigai karena bersifat tertutup. Karena itu pesantren tidak bisa hanya mengandalkan sumberdaya manusia didalamnya tanpa melibatkan masyarakat, paling tidak ada dukungan moril dari masyarakat disekitar pesantren tersebut.
Tentunya teknik publikasi informasi lembaga pendidikan harus dilakukan dengan baik. Seperti mengadakan pertemuan antara tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat, lebih baik lagi bila pesantren mengadakan acara yang didalamnya dihadiri amsyarakat, kemudian pihak humas menyampaikan dengan jelas dan singkat apa saja informasi yang perlu diketahui oleh publik tentang pesantren.
Penyebaran informasi tentang lembaga memang tidak langsung direspon oleh masyarakat. Bisa jadi masyarakat belum berfikir jauh akan adanya lembaga, mereka hanya sekedar mengetahui dan setelah itu belum ada niatan untuk mendukung program atau lembaga tersebut. Maka, perlu tahap kedua untuk menyaring dukungan masyarakat.
Tahap kedua, yaitu penyampaian informasi tentang lembaga secara lebih komprehensif, plus dengan apa yang akan dilakukan, kegiatan yang akan datang yang akan memberikan manfaat baik bagi organisasi maupun masyarakat.
Kegiatan pesantren, tentunya tidak hanya diikuti oleh penghuni didalamnya, namun terkadang ada keterlibatan masyarakat baik dalam skala kecil maupun besar. Seperti pemenuhan kebutuhan santri, pembangunan sarana dan prasarana, hingga kebutuhan akan pekerja dalam pembangunan pesantren.
Keterlibatan masyarakat ini dapat mengakibatkan berbagai prespektif sesuai dengan pemahaman masyarakat akan lembaga pesantren. Ada yang hanya melihat pesantren itu hanya disiplinya, ada juga yang hanay melihat pembangunan gedung yang megah, adapula yang hanya melihat proses pendidikan yang terkadang dianggap terlalu tradisional. Disinilah peran humas diperlukan guna memberikan gambaran lebih lengkap dan komprehensif tentang pesantren.
Bagian humas perlu merumuskan kata kunci apa saja yang dapat menggambarkan pesantren, sehingga siapapun yang mendengarnya atau mengetahuinya dapat menangkap gambaran umum dari pesantren. Dalam bahasa masa kini kita mengenalnya sebagai moto, semboyan maupun identitas yang melekat pada lembaga tersebut. Misalnya saja Pondok Gontor yang dilabeli modern. Kata modern sendiri merupakan tambahan yang secara singkat dapat memahamkan siapapun yang mendengarnya, dapat menggambarkan secara umum apa itu pesantren Gontor.
Kata kunci saja tidak cukup, harus ada kata atau kalimat lainya sebagai pendukung. Misalnya di Gontor ada motto dan panca jiwa. Panca Jiwa Gontor yaitu: Keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuah Islamiyah, dan kebebasan. Sedangkan Motto Pondok Gontor adalah: Berbudi tinggi, berbadan sehat, pengetahuan luas dan pikiran bebas. Dua rumusan ini secara singkat dapat menggambarkan bagaimana kehidupan santri dan guru-guru di dalam pesantren, sehingga publik dapat menangkap secara cepat bagaimana kehidupan di pesantren.
Namun, diperlukan penjelasan lebih lanjut dari apa yang telah dirumuskan. Penjelasan itu dapat berupa lisan, maupun tertulis melalui berbagai media. hanya saja dipastikan dulu bahwa dalam publikasinya kita tidak memaksa masyarakat untuk mengerti, karena kalau itu terjadi bisa jadi bukan hal baik yang diterima masyarakat, namun seakan dipaksa untuk mengerti keadaan pesantren.
Pengertian mayarakat terhadap lembaga pendidikan pesantren dalam tahap ini belumlah cukup. Perlu tahap ketiga, yaitu pembuatan program kegiatan yang akan memberikan manfaat baik bagi organisasi maupun masyarakat. Sehingga hubungan keduanya dapat lebih erat lagi.
Sebagaimana seorang bijak berujar, “I listen, I forget; I see, I remember; I do, I understand” (Saya mendengarkan, maka saya lupa; Saya melihat maka saya ingat; Saya kerjakan, maka saya memahami). Inilah pentingnya tahapan ketiga, yaitu membuat kegiatan dimana masyarakat terlibat didalamnya.
Sebenarnya, dunia pesantren lebih diunggulkan masyarakat karena memang bebasis keagamaan dimana mayoritas masyarakat beragama Islam. Pesantren dapat membuat event yang didalamnya masyarakat terlibat. Dalam skala kecil, pesanteren pastilah membutuhkan pemenuhan kebutuhan yang akan disuplai oleh masyarakat, hal sekecil ini akan menguntungkan baik pesantren atau masyarakat yang terlibat.
Lebih jauh lagi, Dengan mengadakan berbagai kegiatan keagamaan, misalnya peringatan hari besar keagamaan maka masyarakat akan mengetahui lebih jauh tentang pesantren dan mendukungnya karena melibatkan masyarakat. Selain itu, perlu juga kegiatan-kegiatan filantropi, seperti bakti sosial, pendayagunaan masyarakat dan lain sebagainya. Intinya, bagaimana humas dan pesantren membuat sebuah acara atau program kerja dimana masyarakat dillibatkan dan mendaatkan manfaat baik moril maupun materil.





[1] www.nku.edu/~turney/prclass/readings/3eras.html, diakses pada 28 Desember 2014

Konsep Dasar Humas dalam Al Qur’an

Humas (Hubungan Masyarakat) dapat dipahami sebagai komunikasi antara organisasi dan masyarakat. Komunikasi sendiri sangat erat kaitanya dengan bagiaimana pesan itu disampaikan. Dalam hal ini terdapat enam prinsip penyampaian dalam al Qur’an, yaitu: Qaulan Sadida, Qaulan ma'rufa, qaulan baligha, qaulan maysura, qaulan layyina, dan qaulan kariima.
Qaulan Sadidan adalah konsep perkataan yang benar, tegas, jujur, lurus, to the pint, tidak berbelit-belit dan tidak bertele-tele. Kata qaulan sadidan disebut dua kali dalam Al-Quran. Pertama, Allah menyuruh manusia menyampaikan qaulan sadidan dalam urusan anak yatim dan keturunan. Kedua, Allah memerintahkan qaulan sadidan sesudah takwa. Disebutkan dalam Al Qur’an:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (An Nisaa: 9)

Qaulan Ma'rufa adalah ungkapan yang jujur dan mendidik serta dapat menjadi teladan di tengah masyarakat. Kata qaulan ma’rufan disebutkan Allah dalam Al-Quran sebanyak lima kali. Pertama, berkenaan dengan pemeliharaan harta anak yatim. Kedua, berkenaan dengan perkataan terhadap anak yatim dan orang miskin. Ketiga, berkenaan dengan harta yang diinfakkan atau disedekahkan kepada orang lain. Keempat, berkenaan dengan ketentuan-ketentuan Allah terhadap istri Nabi. Kelima, berkenaan dengan soal pinangan terhadap seorang wanita. Dalam salah satu ayat disebutkan:
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاءِ ۚ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
Artinya: Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik (Al Ahzab: 32)
Selain ayat diatas, disebutkan juga dalam Surah Al Baqarah ayat 235 dan 263, Annisa ayat 5 dan 8.
Qaulan balighan dalam Al-Quran disebutkan dalam surat Al-Nisaa’ ayat 63. Kata baligh berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Perkataan jenis ini lebih ditujukan agar kata-kata yang diucapkan masuk kedalam jiwa lawan bicara. Perkataan yang disampaikan hendaknya memang berasal dari hati si pembicara. Karena sesuatu yang berasal dari hati akan masuk ke dalam hati pula.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُل لَّهُمْ فِي أَنفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا
Artinya: Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka (An Nisaa: 63)
Qaulan Maysura merupakan perkataan yang mengandung empati kepada orang yang diajak bicara. Kata qaulan maysuran hanya satu kali disebutkan dalam Al-Quran, QS. Al-Israa’: 28. Berdasarkan sebab-sebab turunnya (ashab al-nuzulnya) ayat tersebut, Allah memberikan pendidikan kepada nabi Muhammad saw untuk menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana dalam menghadapi keluarga dekat, orang miskin dan musafir. Qaulan maysuran artinya berkata dengan mudah atau gampang. Berkata dengan mudah maksudnya adalah kata-kata yang digunakan mudah dicerna, dimengerti, dan dipahami oleh lawan bicara.
وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِّن رَّبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُل لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُورًا
Artinya: Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.(Al Isra': 28)
Qaulan Layyinan  dilator belakangi kisah Musa AS dan Harun AS yang diutus untuk menghadapi Firaun dan mengajaknya beriman kepada Allah SWT. Kata qaulan layyinan hanya satu kali disebutkan dalam Al-Quran (QS. Thaahaa: 44). Nabi Muhammad saw mencotohkan kepada kita bahwa beliau selalu berkata lemah lembut kepada siapa pun, baik kepada keluarganya, kepada kaum muslimin yang telah mengikuti nabi, maupun kepada manusia yang belum beriman. Qaulan layyinan sangat efektif untuk mencapai tujuan dan mendapatkan feedback yang positif.
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
Artinya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut (Taha: 44)
Qaulan Kariman adalah kata-kata yang penuh hormat, santun, serta tidak bermaksud menentang atau meremehkan lawan bicara. Kata qaulan kariman dalam Al-Quran disebutkan hanya satu kali, yaitu dalam surat Al-Israa’ ayat 23. Substansi ayat tersebut, mengandung dua hal, yakni: (1) berkenaan dengan tuntunan berakhlak kepada Allah, dan (2) berkenaan dengan tuntunan berakhlak kepada kedua orang tua.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.(Al Isra: 23)

Contoh Prilaku Rasulallah

Dalam Islam, Public Relation sangat identik dengan dakwah yang berfungsi mengenalkan Islam kepada umat manusia. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, sejarah PR sebenarnya bermula tatkala beliau mengutus Ja’far bin Abu Thalib untuk menyampaikan dakwah kepada Raja Najasyi di Habasyah. Hal itu terjadi pada tahun pertama Hijriah. Selain karena ilmu agama dan hafalan al-Quran-nya yang bagus, Ja’far ditutus Nabi karena ia memiliki kemampuan retorika yang baik, serta memiliki nalar akademis yang sistematis.[1]
Seorang public relations yang paling sukses tetap Nabi Muhammad Saw. Hal ini bisa dilihat dari perjuangan beliau dalam mendakwahkan Islam setelah menerima wahyu, mulai dari sembunyi-sembunyi, terang-terangan, sampai Islam diterima masyarakat sekitar (Arab) dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Menurut L. Stoddart, dalam bukunya The New World of Islam, bangkitnya Islam merupakan suatu peristiwa paling menakjubkan dalam sejarah manusia. Hanya dalam tempo seabad saja, dari gurun tandus dan suku bangsa terbelakang, Islam telah hampir menggenangi separuh dunia, menghancurkan kerajaan-kerajaan besar, memusnahkan beberapa agama besar yang telah dianut berbilang zaman dan abad, mengadakan revolusi berpikir dalam jiwa dan bangsa, serta sekaligus membina satu dunia baru, yaitu dunia Islam.[2]
Salah satu kunci utama kesuksesan PR Rasulullah adalah membangun kredibiitas atau kepercayaan. Hal ini bisa dilihat dari sejarah beliau sebelum berdakwah. Beliau sudah terkenal sebagai orang yang sangat jujur di tengah-tengah masyarakat, sehingga dijuluki al-amin (dapat dipercaya). Kompetensi Muhammad SAW dalam berdakwah juga tak dapat diragukan lagi.  Nabi Akhir zaman ini memiliki semua kunci keberhasilan dalam dakwah, baik dari segi metode, teknik komunikasi, penguasaan materi, maupun kemampuan memahami dan menyelami siapa yang beliau hadapi. Nabi Muhammad memiliki kepiawaian komunikasi efektif dan kemampuan dalam mengemas pesan yang ingin disampaikan serta mampu mempengaruhi lawan bicaranya.[3]
Dalam proses pelaksanaannya di lapangan, Rasulullah SAW selalu tersenyum dan menampakkan wajah ceria saat berhadapan dengan lawan bicaranya. Gaya bicaranya sangat santun dan lemah lembut, jelas, serta mudah dipahami. Aisyah r.a. berkata; “Rasulullah tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara dengan nada cepat). Namun beliau berbicara dengan nada perlahan dan dengan perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya.” (HR. Abu Daud). Komunikasi Rasulullah tak hanya dengan lisan, namun juga dengan komunikasi amal perbuatan dengan memberikan teladan yang baik. Beliau juga selalu berpenampilan baik dan menarik. Sehingga dapat dengan mudah menarik perhatian orang lain[4] halim.web.id



[1] Iqra’ al-Firdaus, Kiat Hebat Public Relations ala Nabi Muahammad SAW, (Jakarta: Penerbit Najah, 2013), hlm 41
[2] Ibid. hlm 43
[3] Ibid. hlm 55
[4] Ibid. hlm 156

Manajemen Humas dalam Prespektif Islam dan Implementasinya dalam Lembaga Pendidikan Islam

Terdapat perbedaan antara manajemen humas dalam prespektif Islam dan manajemen humas secara umum. Dalam prespektif Islam, Manajemen humas lebih didasarkan lagi sumber Agama Islam yaitu Al Qu’an dan As Sunnah. Selain itu, manajemen humas juga sudah seharusnya bukan hanya teori dan konsep dalam kajian akademik dan kajian kepustakaan, namun harus juga bisa di implementasikan kedalam lembaga pendidikan Islam. Berikut kajian penulis atas hal diatas.

Manajemen Humas dalam Prespektif  Islam

Manajemen humas merupakan salah satu bagian dari manajemen pendidikan secara umum. Pembahasan tentang Manajemen Humas dalam Prespektif Islam tentunya akan dikembalikan dan didasarkan lagi pada asas utama Islam yaitu kitabullah Al Qur’an dan Sunnah Nabi. Dalam Islam, memelihara hubungan dengan Allah Swt dan manusia merupakan hal penting yang akan menghindarkan manusia dari kehinaan. Hal ini secara jelas tertulis dalam al Qur’an:
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ
Artinya: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (Ali Imran: 112)
Dalam setiap kegiatan, kerjasama selalu dibutuhkan utamanya dalam organisasi, termasuk didalamnya manajemen humas dan bagian lainya. Kerjasama merupakan hal penting dimana setiap manusia diharuskan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan, utamanya bagi ummat muslim. Dalam al Qur’an disebutkan:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (al Baqarah: 148)
Banyak juga hadits-hadits yang menerangkan pentingnya membina hubungan antar manusia, salah satunya adalah sebagai berikut:
عَنْ أبِيْ مُوسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ الله صَلّى اللهُ عليهِ وَسَلّمَ : “اَلمُؤمِنُ لِلْمُؤمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا” (روه مسلم)
Artinya: Abu Musa mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Orang mukmin yang satu dengan lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan.”
Pada hadits ini Rasulullah saw membimbing kita kepada perkara yang mengharuskan kita menjadi bersaudara, saling mencintai, bersatu hati serta saling berinteraksi antara kita dengan interaksi baik secara Islami, yang menunjukkan kita kepada akhlaq mulia dan menjauhkan kita dari keburukannya.

Implementasi Manajemen Humas dalam Lembaga Pendidikan Islam

Latar belakang pentingnya hubungan masyarakat adalah untuk memperoleh dukungan secara menyeluruh pada semua bidang pendidikan, tidak terkecuali untuk lembaga pendidikan Islam. Sebagaimana sekolah-sekolah umum, untuk lebih menfokuskan peranan ini, sekolah mengangkat seorang wakil kepala untuk mengurusi bagian hubungan masyarakat.
Implementasi Manajemen Humas dalam Lembaga Pendidikan Islam biasa diemban oleh bagian tersendiri yaitu waka humas. Tugas utama wakil Kepala Sekolah/PP urusan Hubungan Masyarakat adalah untuk menjembatani keterlibatan seluruh anggota masyarakat sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua, lingkungan, perguruan tinggi dan lembaga pemerintah dan swasta untuk ikut peduli dalam mengoptimalkan kemampuan dan kerja sama sesuai dengan kemampuannya masing-masing, dan membntu kepala sekolah dalam kegiatan pengelolaan sekolah.
Sedangkan tujuan adanya wakil Kepala Sekolah urusan hubungan masyarakat adalah sebagai berikut:
1)   Meningkatkan kerja sama antar warga sekolah.
2)    Meningkatkan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat sekitar sehingga masyarakat merasa memiliki dan tanggung jawab keberadaan sekolah.
3)   Meningkatkan kerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat, komite sekolah sehingga bersama-sama berperan aktif dengan maju mundurnya sekolah.
4)   Menjalin kerjasama dengan alumni
5)   Menjaga keharmonisan hubungan dengan masyarakat sekitar sehingga keamanan sekolah dapat terpelihara dengan baik.
6)   Meningkatkan dan menumbuh kembangkan jiwa persaudaraan, kebangsaan dan persatuan.
7)   Bersama dengan BP/BK Menjalin hubungan dengan perguruan-perguruan tinggi untuk meningkatkan wawasan peserta didik.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari program wakil kepala sekolah urusan Humas ini adalah terjalinnya hubungan baik antar anggota masyarakat sekolah, masyarakat umum, lingkungan, komite, perguruan tinggi, Dunia usaha dan Industri, tokoh-tokoh masyarakat, alumni dan mendia massa sehingga terciptanya hubungan yang harmonis dan terjalin rapi serta saling pengertian.
Ruang Lingkup bidang kerja  Humas di sekolah ini adalah dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang yang meliputi:
1)   Koordinasi dengan Kepala sekolah dan unsur pimpinan lain.
2)   Kerjasama dengan BP/BK dalam menangani masalah kemampuan, minat dan kekeluargaan.
3)   Kerjasama dengan warga sekolah
4)   Kerjasama dengan tokoh masyarakat
5)   Kerja sama dengan aparat pemerintahan Kelurahan
6)   Menjalin silaturahmi antar Alumni
7)   Kerjasama dengan perguruan tinggi tentang kemajuan pendidikan
8)   Mengembangkan persaudaraan  dengan lingkungan yang harmonis.
9)   Menjalin kerjasama dengan Kantin sekolah, pengurus OSIS tentang kebersihan lingkungan.
Disamping hal-hal tersebut diatas waka/PP Humas melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut;
1)   Melakukan Koordinasi secara  Kontinue dengan semua unsur pimpinan dan Tata Usaha.
2)   Menerima tamu umum yang berkaitan dengan tugas kehumasan.
3)   Penyampaian informasi terkai tdengan Sertifikasi, Libur Sekolah dan informasi-informasi lain yang ada kaitannya dengan guru dan persekolahan.
4)   Menuliskan berbagai informasi dipapan pengumuman guru kaitannya dengan rapat dinas, rapat awal tahun,  rapat kelulusan, rapat akhir tahun dan kenaikan kelas.
5)   Mempersiapkan agenda rapat, dan menyampaikan guru yang tidak hadir pada saat belajar kepada guru piket.
6)   Mempersiapkan pertemuan-pertemuan dengan pengurus komite, jika ada hal yang perlu dibicarakan

Melakukan Home  visit bersama BP/BK, Wali Kelas, jika ada siswa yang sakit, atau siswa yang jarang masuk sekolah.

Laporan Aktualisasi Latsar: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan

Laporan Aktualisasi: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau ...