Humas (Hubungan Masyarakat) dapat dipahami sebagai komunikasi antara organisasi
dan masyarakat. Komunikasi sendiri sangat erat kaitanya dengan bagiaimana pesan
itu disampaikan. Dalam hal ini terdapat enam prinsip penyampaian dalam al
Qur’an, yaitu: Qaulan Sadida, Qaulan ma'rufa, qaulan baligha, qaulan maysura,
qaulan layyina, dan qaulan kariima.
Qaulan Sadidan adalah konsep perkataan yang benar, tegas,
jujur, lurus, to the pint, tidak berbelit-belit dan tidak bertele-tele. Kata
qaulan sadidan disebut dua kali dalam Al-Quran. Pertama, Allah menyuruh manusia
menyampaikan qaulan sadidan dalam urusan anak yatim dan keturunan. Kedua, Allah
memerintahkan qaulan sadidan sesudah takwa. Disebutkan dalam Al Qur’an:
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا
عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar. (An Nisaa: 9)
Qaulan
Ma'rufa adalah ungkapan yang jujur dan mendidik serta dapat menjadi teladan di
tengah masyarakat. Kata qaulan ma’rufan disebutkan Allah dalam Al-Quran
sebanyak lima kali. Pertama, berkenaan dengan pemeliharaan harta anak yatim.
Kedua, berkenaan dengan perkataan terhadap anak yatim dan orang miskin. Ketiga,
berkenaan dengan harta yang diinfakkan atau disedekahkan kepada orang lain.
Keempat, berkenaan dengan ketentuan-ketentuan Allah terhadap istri Nabi.
Kelima, berkenaan dengan soal pinangan terhadap seorang wanita. Dalam salah
satu ayat disebutkan:
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ
لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاءِ ۚ
إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ
مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوفًا
Artinya:
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika
kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah
orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik (Al
Ahzab: 32)
Selain
ayat diatas, disebutkan juga dalam Surah Al Baqarah ayat 235 dan 263, Annisa
ayat 5 dan 8.
Qaulan
balighan dalam Al-Quran disebutkan dalam surat Al-Nisaa’ ayat
63. Kata baligh berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa
yang dikehendaki. Perkataan jenis ini lebih ditujukan agar kata-kata yang
diucapkan masuk kedalam jiwa lawan bicara. Perkataan yang disampaikan hendaknya
memang berasal dari hati si pembicara. Karena sesuatu yang berasal dari hati
akan masuk ke dalam hati pula.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ
يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُل لَّهُمْ
فِي أَنفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا
Artinya:
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka (An
Nisaa: 63)
Qaulan
Maysura merupakan perkataan yang mengandung empati kepada
orang yang diajak bicara. Kata qaulan maysuran hanya satu kali disebutkan dalam
Al-Quran, QS. Al-Israa’: 28. Berdasarkan sebab-sebab turunnya (ashab
al-nuzulnya) ayat tersebut, Allah memberikan pendidikan kepada nabi Muhammad
saw untuk menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana dalam menghadapi keluarga
dekat, orang miskin dan musafir. Qaulan maysuran artinya berkata dengan mudah
atau gampang. Berkata dengan mudah maksudnya adalah kata-kata yang digunakan
mudah dicerna, dimengerti, dan dipahami oleh lawan bicara.
وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ
عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِّن رَّبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُل لَّهُمْ قَوْلًا مَّيْسُورًا
Artinya:
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang
kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.(Al Isra': 28)
Qaulan
Layyinan dilator belakangi
kisah Musa AS dan Harun AS yang diutus untuk menghadapi Firaun dan mengajaknya
beriman kepada Allah SWT. Kata qaulan layyinan hanya satu kali disebutkan dalam
Al-Quran (QS. Thaahaa: 44). Nabi Muhammad saw mencotohkan kepada kita bahwa
beliau selalu berkata lemah lembut kepada siapa pun, baik kepada keluarganya,
kepada kaum muslimin yang telah mengikuti nabi, maupun kepada manusia yang
belum beriman. Qaulan layyinan sangat efektif untuk mencapai tujuan dan
mendapatkan feedback yang positif.
فَقُولَا لَهُ قَوْلًا
لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
Artinya:
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut (Taha: 44)
Qaulan
Kariman adalah kata-kata yang penuh hormat, santun, serta
tidak bermaksud menentang atau meremehkan lawan bicara. Kata qaulan kariman
dalam Al-Quran disebutkan hanya satu kali, yaitu dalam surat Al-Israa’ ayat 23.
Substansi ayat tersebut, mengandung dua hal, yakni: (1) berkenaan dengan
tuntunan berakhlak kepada Allah, dan (2) berkenaan dengan tuntunan berakhlak
kepada kedua orang tua.
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا
تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ
إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُل لَّهُمَا
أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا
Artinya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.(Al Isra: 23)
Contoh Prilaku Rasulallah
Dalam
Islam, Public Relation sangat identik dengan dakwah yang berfungsi mengenalkan
Islam kepada umat manusia. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, sejarah PR sebenarnya
bermula tatkala beliau mengutus Ja’far bin Abu Thalib untuk menyampaikan dakwah
kepada Raja Najasyi di Habasyah. Hal itu terjadi pada tahun pertama Hijriah.
Selain karena ilmu agama dan hafalan al-Quran-nya yang bagus, Ja’far ditutus
Nabi karena ia memiliki kemampuan retorika yang baik, serta memiliki nalar
akademis yang sistematis.[1]
Seorang
public relations yang paling sukses tetap Nabi Muhammad Saw. Hal ini bisa
dilihat dari perjuangan beliau dalam mendakwahkan Islam setelah menerima wahyu,
mulai dari sembunyi-sembunyi, terang-terangan, sampai Islam diterima masyarakat
sekitar (Arab) dan akhirnya menyebar ke seluruh dunia. Menurut L. Stoddart,
dalam bukunya The New World of Islam, bangkitnya Islam merupakan suatu
peristiwa paling menakjubkan dalam sejarah manusia. Hanya dalam tempo seabad
saja, dari gurun tandus dan suku bangsa terbelakang, Islam telah hampir
menggenangi separuh dunia, menghancurkan kerajaan-kerajaan besar, memusnahkan
beberapa agama besar yang telah dianut berbilang zaman dan abad, mengadakan
revolusi berpikir dalam jiwa dan bangsa, serta sekaligus membina satu dunia
baru, yaitu dunia Islam.[2]
Salah
satu kunci utama kesuksesan PR Rasulullah adalah membangun kredibiitas atau
kepercayaan. Hal ini bisa dilihat dari sejarah beliau sebelum berdakwah. Beliau
sudah terkenal sebagai orang yang sangat jujur di tengah-tengah masyarakat,
sehingga dijuluki al-amin (dapat dipercaya). Kompetensi Muhammad SAW dalam
berdakwah juga tak dapat diragukan lagi.
Nabi Akhir zaman ini memiliki semua kunci keberhasilan dalam dakwah,
baik dari segi metode, teknik komunikasi, penguasaan materi, maupun kemampuan
memahami dan menyelami siapa yang beliau hadapi. Nabi Muhammad memiliki
kepiawaian komunikasi efektif dan kemampuan dalam mengemas pesan yang ingin
disampaikan serta mampu mempengaruhi lawan bicaranya.[3]
Dalam proses
pelaksanaannya di lapangan, Rasulullah SAW selalu tersenyum dan menampakkan
wajah ceria saat berhadapan dengan lawan bicaranya. Gaya bicaranya sangat
santun dan lemah lembut, jelas, serta mudah dipahami. Aisyah r.a. berkata;
“Rasulullah tidaklah berbicara seperti yang biasa kamu lakukan (yaitu berbicara
dengan nada cepat). Namun beliau berbicara dengan nada perlahan dan dengan
perkataan yang jelas dan terang lagi mudah dihafal oleh orang yang mendengarnya.”
(HR. Abu Daud). Komunikasi Rasulullah tak hanya dengan lisan, namun juga dengan
komunikasi amal perbuatan dengan memberikan teladan yang baik. Beliau juga
selalu berpenampilan baik dan menarik. Sehingga dapat dengan mudah menarik
perhatian orang lain[4] halim.web.id