Setiap orangtua
dan pendidik/ guru wajib mengetahui dan mengenal potensi anak atau potensi
peserta didik. Hal ini dikarenakan potensi anak adalah kekuatan yang mendasar
dan utama yang akan dikembangkan dengan stimulus dan pendidikan yang secara
langsung diberikan oleh orangtua sejak lahir di lingkungan rumah, kemudian
dilanjutkan oleh guru atau pendidik di lingkungan sekolah. Bahkan, potensi juga
akan berkembang melalui lingkungan nya.
Marilah kita
bahas satu persatu mulai dari pengertian dan definisi potensi diri anak/
potensi diri peserta didik kemudian dilanjutkan dengan penjelasanya.
Pengertian Potensi Diri/ Potensi Anak
Untuk memberikan pengertian potensi diri dan definisinya,
maka kita perlu mengetahui asal mula anak itu sendiri. Anak adalah seorang
manusia yang telah diciptakan Allah Swt dalam keadaan sebaik-baik penciptan (QS
95:5). Sebaik baik penciptaan berarti juga bahwa manusia telah dianugerahi
potensi tertentu untuk dikembangkan, manusia juga memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing.[1]
Secara bahasa, pengertian potensi diri berasal dari kata inggris potency
dan potential. Potency berarti the power of something to affect the
mind or body. Potential berarti having or showing the capacity to
develop into something in the future.[2]
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti potensi adalah kemampuan, kesanggupan,
dan daya yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan.[3]
Sedangkan menurut terminologinya, Wiyono dan Endra memberikan
definisi potensi diri sebagai kemampuan dasar yang dimiliki manusia berupa
kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki manusia, menunggu
untuk diwujudkan menjadi suatu manfaat nyata dalam kehidupan manusia.[4] Seorang
ahli pendidikan, Yamin mengartikan bahwa potensi adalah kemampuan yang belum dikembangkan,
dan bila kemampuan ini dikembangkan, maka akan muncul sebuah kompetensi.[5]
Menurut Jalaluddin, potensi manusia dalam Islam disebut fitrah merujuk pada al
Quran 30:30, sehingga potensi manusia menurut Jalaluddin adalah fitrah yaitu
potensi diri yang diterangkan dalam Al Qur’an. kemudian diartikan sebagai
kekuatan asli yang terpendam di dalam diri manusia yang dibawanya sejak lahir,
menjadi pendorong serta penentu bagi kepribadiannya serta dijadikan alat untuk
pengabdian dan ma’rifatullah.[6]
Rangkuman atau ringkasan dari seluruh definisi dan art
potensi diri diatas dapat disusun dan dikontekskan kedalam dunia pendidikan, maka
potensi manusia atau potensi peserta didik adalah “kemampuan dasar yang
dimiliki peserta didik berupa kekuatan, energi, atau kemampuan dasar manusia
sejak lahir, yang belum diaktualisasikan atau belum dikembangkan. Ketika
kemampuan ini telah dikembangkan, maka muncullah kompetensi diri.”
Jenis-Jenis Potensi Diri
Pembagian potensi diri dapat digolongkan atau
dikategorikan kedalam beberapa bagian. Para ahli memiliki beberapa perbedaan
pandangan tentang penggolongan dan jenis-jenis potensi diri peserta didik.
Jalaluddin membagi potensi manusia kedalam tiga
kategori potensi diri yang utama, yaitu potensi ruh yaitu
kecenderungan pada potensi tauhid dalam bentuk adanya kecenderungan untuk
mengabdi pada penciptanya, potensi jasmani berupa bentuk fisik yang
teramu dalam bentuk materi. potensi ruhani, berupa konstitusi non materi
yang terintegrasi dalam komponen-komponen yang terintegrasi.[7]
Sedangkan Fuad Nashori membagi potensi manusia lagi kedalam potensi berfikir,
emosi, fisik, dan sosial.[8]
Hal ini senada dengan pendapat Budiyanto yang menyebutkan bahwa potensi diri
setiap manusia terdiri dari: potensi fisik, potensi mental intelektual, potensi
sosial, potensi mental spiritual, dan potensi ketahan-malangan/ ketangguhan.[9]
Berikut ini akan kami jelaskan jenis-jenis potensi diri
manusia satu persatu.
Potensi Fisik
Manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan
apapun, kemudian Allah Swt memberikan pendengaran, pengelihatan, dan hati[10]
sebagai potensi fisik awal agar manusia mampu mempelajari sesuatu hingga mampu
mengemban amanat yang telah diberikan.[11] Sehingga,
definisi Potensi fisik (psychomotoric), adalah organ fisik
manusia yang dapat dipergunakan dan diperdayakan untuk berbagai kepentingan
pemenuhan kebutuhan hidup.
Setiap potensi fisik yang dimiliki manusia mempunyai
fungsi sendiri-sendiri. Contohnya, kaki untuk berjalan, mulut untuk bicara,
lidah untuk mencecap, hidung untuk mencium, telinga untuk mendengar, dan lain
sebagainya.[12]
Potensi fisik berkaitan erat dengan masalah kekuatan dan kebugaran otot
sekaligus kekuatan dan kebugaran otak dan mental. Orang yang seimbang fisik dan
mentalnya memiliki tubuh yang ideal serta otak yang cerdas. Kecerdasan fisik
atau PQ (physical Quotient) juga dianggap sebagai dasar dari elemen IQ
(Intellegence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient).[13]
Potensi fisik peserta didik perlu dikelola dan
dikembangkan. Maka sekolah perlu menyediakan sarana serta kegiatan yang
menunjang pengembangan potensi fisik peserta didik.
Potensi Intelektual
Penegrtian Potensi mental intelektual (intellectual
quotient/IQ) adalah potensi kecerdasan yang ada dalam otak manusia.[14]
Potensi intelektual disebut juga potensi kognitif adalah salah satu
aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan),
yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya.[15]
Dengan bahasa lain, semua aktivitas mental yang
berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang
memungkinakn seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan
bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan,
memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.[16]
Potensi intelektual peserta didik dikelola sekolah dengan mengadakan aktivitas
utamanya yaitu proses belajar mengajar.
Potensi Sosial
Definisi Potensi sosial (emotional
quotinet/EQ), adalah potensi kecerdasan yang ada pada otak manusia (otak belahan
kanan).[17]
Diartikan juga sebagai kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri
sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya, dan menggunakan
informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.[18]
Menurut Goleman, kecerdasan emosional merujuk kepada kemampuan mengenali
perasaan sendiri atau perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,
dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan
dengan orang lain.[19]
Kecerdasan emosional peserta didik dikelola sekolah dengan
adanya interaksi dengan teman sebaya, pendidik, dan tenaga kependidikan. Selain
itu, disediakan juga wali kelas dan bagian konseling untuk menangani hal-hal
yang lebih khusus lagi.
Potensi Mental Spiritual
Potensi mental spiritual (spiritual quotient/SQ), adalah potensi kecerdasan yang bertumpu
bagian dalam diri sendiri yang berhubungan kearifan di luar ega atau jiwa sadar
(bukan hanya mengetahui nilai, tetapi menemukan nilai). Melalui
spiritual quotient (SQ) manusia memiliki intelektual, emosional, dan spiritual.
SQ dapat terbentuk melalui pendidikan agama formal.[20]
potensi spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marshall adalah kecerdasan atau
kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu
kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup
seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.[21]
Kegiatan-kegiatan di sekolah, selain mengembangkan potensi fisik dan intelektual,
juga mengembangkan potensi mental.
Potensi Daya Juang
Potensi daya juang atau disebut juga ketahan malangan
(adversity quotient/AQ), adalah potensi kesadaran manusia
yang bersumberkan pada bagian diri manusia yang berhubungan dengan keuletan, ketangguhan,
dan daya juang. AQ adalah faktor spesifik sukses (prestasi) seseorang
karena mampu merespon berbagai kesulitan. Melalui AQ manusia mampu mengubah
suatu rintangan sebagai penghalang menjadi peluang.[22]
Potensi ini akan mengarahkan, mengubah cara berfikir dan tindakan peserta didik
ketika menghadapi hambatan dan kesulitan yang bisa menyengsarakan dirinya.[23]
[1] Akbar
Zainudin, Man Jadda Wajada, (Jakarta: Gramedia, 2010), hlm. 111-112
[2] Jonathan
Crowther Ed, Oxford Advanced Learners Dictionary of Current English,
(Oxford: Oxford Univerity Press, 1995), hlm. 902
[3] Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) online, di kbbi.web.id/potensi, diakses pada
10/032015, 10:53.
[4] Slamet Wiyono,
Manajemen Potensi Diri, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), hlm. 37, dan Endra
K Prihadhi, My Potensi, (Jakarta: Elek Media Komputindo, 2004), hlm. 6
[5] Udo Yamin
Efendi Majid, Quranic Quotient: Menggali dan Melejitkan Potensi diri Melalui
Al Qur'an, (Jakarta Selatan: Qultum Media, 2007), hlm. 87
[6] Jalaluddin,
Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 137
[7] Jalaluddin dan
Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan Perkembangan Pemikirannya,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 110
[8] Fuad Nashori, Potensi-Potensi
Manusia, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hlm. 89
[9] Budiyanto, Kewarganegaraan
untuk SMA kelas X, (Jakarta: Erlangga, 2005), dikutip juga oleh Sugiharso, Pendidikan
Kewarganegaraan, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departmen Pendidikan Nasional,
2009), hlm. 122-123
[10] Al – Qur’an,
An Nahl 16:78
[11] Ali Muhsin, Potensi
Pembelajaran Fisik Dan Psikis Dalam Al-Quran Surat An-Nahl : 78 (Kajian Tafsir
Pendidikan Islam), Seminas Competitive Advantage II, Vol 1 No 2, (Jombang:
Universitas Pesantren Tinggi Darul `Ulum UNIPDU, 2012),hlm. 2
[12] Sugiharso, Pendidikan
Kewarganegaraan, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departmen Pendidikan Nasional,
2009), hlm. 122
[13] Yusup Purnomo
Hadiyanto & Renita Mulyaningtyas, Bimbingan dan Konseling Untuk SMA dan
MA kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 90-91
[14] Sugiharso, Pendidikan
Kewarganegaraan…., hlm. 123
[15] Dindin Abdul
Muiz Lidinillah, Perkembangan Metakognitif Dan Pengaruhnya Pada Kemampuan
Belajar Anak, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2006), hlm. 2,
lihat
http://file.upi.edu/Direktori/KD-TASIKMALAYA/DINDIN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_(KD-TASIKMALAYA)-197901132005011003/132313548%20-%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Perkembangan%20Metakognitif.pdf
[16] Desmita, Psikologi
Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 103
[17] Sugiharso, Pendidikan
Kewarganegaraan…., hlm. 123
[18] Askar, Potensi
dan Kekuatan Kecerdasan Pada Manusia (IQ, EQ, SQ) Dan Kaitannya Dengan Wahyu,
Jurnal Hunafa, Vol 3 No 3, (Palu: Institut Agama Islam Negeri, 2006), hlm. 218
[19] Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai
Puncak Prestasi, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1990), hlm. 170
[20] Sugiharso, Pendidikan
Kewarganegaraan….., hlm. 123
[21] Danah Zohar
dan Ian Marshall, SQ : Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berflkir
Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung: Mizan,
2002), hlm. 4
[22] Sugiharso, Pendidikan
Kewarganegaraan…..., hlm. 123
[23] Fuad Nashori, Potensi-Potensi
Manusia..., hlm. 47