Refleksi Sebuah Perkumpulan

Refleksi Sebuah Perkumpulan - Malam tadi (20/5/14) kami penghuni baik kos maupun kontrakan di areng-areng berkumpul bersama salah seorang tokoh desa, pak Nur Widodo untuk lebih tepatnya. Awalnya, kami hanya ingin mengenalkan dan mengakrabkan diri dengan mahasiswa yang tinggal di area sekitar musholla al-Amin. Namun, ternyata bapak yang satu ini langsung mengajukan gagasan untuk berbuat lebih. Beliau menawarkan kepada kami untuk mengorganisasi sebuah acara keislaman bertemakan isra’ dan mi’raj.

Memang tidak semua dari kami menghadirinya, tentu ada yang sibuk, mengerjakan tugas kuliah hingga yang masih berkutat dengan masalah individunya. Namun, semoga yang hadir tersebut bisa mewakili ketidak hadiran mahasiswa lainya.


Sebagaimana perkumpulan lainya, tentunya ada struktur organisasinya, ketuanya, sekretaris, bendahara hingga bagian yang paling kecil. Dalam musyawaran pun sama, perdebatan tidak akan bisa dihindarkan. Ada yang mengusulkan, ada yang menolak dan memberikan ide, ada yang keinginanya tinggi namun minim perencanaan, dan lain sebagainya. Aku pikir, inilah masyarakat, inilah sebuah mini perkumpulan yang real dan benar-benar terjadi, yang mungkin tidak akan kutemukan di berbembaran-lembaran buku. Refleksi Sebuah Perkumpulan.

Memang cara terbaik untuk berbaur bersama adalah adanya kesatuan. Baik itu kesatuan profesi, kesatuan ide, kesatuan tujuan dan lain sebagainya. Kesatuan dalam hal ini adalah persamaan. Semakin banyak hal yang sama dengan oranglain, maka semakin cepat akrablah kita. Namun, fitrah manusia baik jasmani maupun rohani pastilah berbeda dengan lainya.  Dalam persamaan, tentu ada perbedaan yang menjadikan warna kehidupan lebih hidup.

Menyikapi persamaan, hal termudah yang bisa dilakukan adalah menyelaminya lebih jauh. Dan terkadang kita akan menemukan berbagai perbedaan dari tiap kesamaan yang terlihat. Semakin digali semakin kita mengerti.

Menyikapi perbedaan, pandangan sinis seringkali dilemparkan. Walau mungkin apa yang kita pikirkan tak terdapat pada yang bersangkutan. Sikap menerima dan keterbukaan menjadi sarana utama untuk menyikapinya. Biarkan setiap orang berkreasi, toh setiap manusia memiliki ide yang mungkin tidak dimiliki orang lainya. Sebagaimana seorang bijak berkata, ambillah darimu untukmu dan dari oranglain untukmu dalam kebaikan.

Peran senior? Mutlak diperlukan. Mungkin dalam perkumpulan ini tidak ada senioritas karena semua berstatus sama, yaitu sebagai mahasiswa. Namun haruslah ada pemegang kontrol dan kendali diatas ketua sebagai pengarah, pembimbing dan penasihat atau apapun sebutanya. Dalam hal ini pak Nur Widodo menyatakan siap memegang dan bertanggung jawab atas manuver kami. Selanjutnya, intensitas konsultasi bagian ketua dengan bapak pembimbing tadi akan lebih memudahkan jalanya sebuah program.

Hanya tulisan dan refleksi pribadi. Bagi oranglain, mungkin biasa saja. Namun saya hanya mencoba untuk mengambil pelajaran dari setiap peristiwa. Semoga anda, saya dan kita semua dapat mengambil hikmahnya. Wallahu a’lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Aktualisasi Latsar: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan

Laporan Aktualisasi: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau ...