Merayakan Selesainya Ujian dan kelulusan di Gontor

Coret-coret baju dan konvoi setelah mengetahui kelulusan? Itu bukan budaya kami. Naik motor bersama berkeliling bersama teman-teman memang asyik, coret-coret baju dengan pilok memang menyenangkan. Namun, kami tidak melakukanya. Karena kami tau kami berharga.


Bagaimana Merayakan Selesainya Ujian dan kelulusan di Gontor? Sebagaimana kalian, kami juga bergembira bila ujian telah berakhir. Seakan merasakan kepuasan yang sangat, karena bukan hanya ujian formal yang berisi soal-soal full esay sebanyak dua puluahn pelajaran, tidak juga ujian lisan dengan pertanyaan dari kelas satu hingga tingkat akhir, lebih daripada itu, kami telah melewati tahap ujian mental. Ujian dimana kami harus tetap berjalan pada ketentuan disiplin yang tak pernah dilonggarkan, tetap berjuang demi kelulusan studi, dan tetap bersabar dengan segala keadaan yang ada.

Kembali kepada judul, Merayakan Selesainya Ujian dan kelulusan di Gontor? Setelah ujian berakhir, kami keluar ruangan ujian dengan senyum bahagia, ada juga yang tertawa hingga yang menangis terharu. Kami langsung dipadu, berjalan bersama-sama menuju masjid, bersyukur kepada Allah dengan melakukan sujud syukur. Setelah itu kami juga diarahkan, diberitahu bahwa ujian ini bukanlah akhir dari cobaan. Setelah ujian ini, akan banyak tantangan, utamanya dalam kehidupan. Tantangan itu semakin tinggi dan menggoyahkan, namun tetep memiliki bentuk yang sama. Siapa yang berjuang dan sabar dalam menjalaninya, akan lulus dan berhasil sebagaimana saat ini kami rasakan.

Lalu, kami diamanahi untuk menjadi penguji  bagi adik—adik kelas kami. Ujian lisan, ya kami juga harus membuat pertanyaan-pertanyaan dalam sebuah buku tulis dan harus full. Esoknya, diperiksa/ ditashih oleh para guru senior agar dipastikan tidak ada kesalahan dan kekurangan. Ketika ujian tulis, kamipun sebagian menjadi pembantu panitia ujian, ada juga yang menajdi pengawas ujian dikelas-kelas.

Menjadi pengawas ujian tulis bukan perkara mudah bagi kami. Kami diawasi oleh guru pengawas ruang, guru ruangan diawasi oleh pengawas gedung, pengawas gedung diawasi lagi oleh pengawas area, pengawas area diawasi lagi oleh direktur KMI, dan direktur KMI dimintai laporanya oleh pengasuh dan pimpinan pondok. Pengawasan berganda, ya... itulah namanya. Membocorkan jawaban? Jangan mimpi. Memberikan isyarat akan jawaban saja sudah termasuk pelanggaran dan bisa diskors walau ujian akhir telah diselesaikan.

Setelah ujian selesai, kami mengadakan studi tour ke berbagai tempat, utamanya pondok dengan pembiayaan yang mandiri, tempat usaha para alumni hingga instansi dakwah umum, namun tak lupa juga ada hiburan ke tempat wisata di akhir perjalanan. Dalam kunjungan ini kami dikenalkan pada dunia bisnis, dunia pendidikan dan perjuangan, dunia dakwah dan lebih utamanya dikenalkan akan kehidupan di masyarakat. Supaya menjadi bekal ketika terjun ke masyarakat, agar ikut membantu pembagunan, bukan menjadi pembawa masalah bagi kehidupan.

Studi tour selesai, kami masih dibekali selama seminggu full dari pagi hingga malam.  Berbagai hal, mulai dari motivasi, cara mengajar anak kecil, dunia kesehatan, politik, budaya hingga pemikiran Islam. Tentunya tak lupa juga orientasi setelah kelulusan kami dari pondok, mau kemana, mencari apa dan bagaimana jalanya. Selain itu, dokumentasi-dokumentasi juga dikumpulkan menjadi mozaik, sehingga bisa menjadi patokan dan contoh untuk terjun ke masyarakat.

Yudisium. Ya, itulah akhir dari masa-masa kami sebagai siswa Gontor. Yudisium bukan hanya ppemanggilan nama dan pengumuman kelulusan. Namun merupakan ajang pembagian tugas baru, yang dinamakan pengabdian. Ada yang harus membantu di pondok Gontor beserta cabangnya, ada juga yang ditugaskan mengajar di pondok yang didirikan alumni Gontor, hingga mereka yang ditugaskan di tempat-tempat tertentu. Kami bersyukur atas kelulusan, dan juga tertantang untuk membuktikan kemampuan. Semangat kami menyala terang, siap menjalankan amanah dari pimpinan untuk mengabdi di tempat tujuan.

Pengabdian bukan juga sebuah akhiran. Ada yang bertahan dalam pengabdian dan mendapatkan ijasah dari pondok, ada juga yang tidak kuat sehingga harus terpental. Kami selalu diberi pesan, ijasahmu adalah kemampuanmu, ijasahmu adalah pengakuan masyarakat atas kontribusimu, bukan hanya dalam selembar kertas. Kertas  ijasah hanyalah pelengkap, bagi keridho’an kyai atas kelulusan kami, dan restu beliau bagi kami untuk menjalani kehidupan diluar pondok. Fi ayyi ardhin tatho’u, anta mas’uulun an Islamiiha (dimanapun kamu berpijak, disitu kamu bertanggung jawab atas keislamanya), merupakan misi kami.

Begitulah ceritanya. Kami tidak mencoret baju karena itu adalah tanda perjuangan kami. Kami tidak berkonvoi karena kami tau keberhargaan kami. Kami belajar lagi, karena kami tau tantangan masa depan. Kami bergerak, karena kami harus memberikan kontribusi bagi masyarakat, dan bukan menjadi pembawa masalah bagi mereka. Kami selalu berusaha menajdi orang yang berguna. Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia lainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Aktualisasi Latsar: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan

Laporan Aktualisasi: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau ...