Mendidik Heart, Head and Hand

Mendidik Heart, Head and Hand. Tak kan ada kesuksesan melainkan tulus diniatkan dari hati yang terdalam. Begitulah petikan singkat dari wawancara bersama ibu kepala sekolah yang kudatangi pagi tadi. Beliau dengan niat dan tekadnya mampu membawa sekolah dasar yang dulunya biasa saja menajdi tempat belajar yang diperhitungkan di bilangan kota Malang.


Tugas kuliah untuk materi supervisi pendidikan harus berbasiskan riset/ penelitian, begitulah dosen kami Prof. Dr. H. Djunaidi Ghony ketika menyampaikan pengantar perkuliahan di awal pertemuanya. Karena itu, setiap dari kami harus menuliskan kajian pustaka, juga melampirkan hasil penelitian di lapangan. Penelitian ini memang tidak terlalu mendalam, namun cukup untuk lebih memahamkan kami pada tataran kenyataan yang ada di lapangan. Mendidik Heart, Head and Hand.

Pagi tadi (30/5/2014) saya bersama teman pergi ke Sekolah Dasar Negri SDN 01 Mulyoagung, Dau, Malang. Disana kami bertemu ibu kepala sekolah, Ibu Siti begitulah guru dan siswa memanggilnya. Kami berbincang tentang supervisi kepala sekolah, khususnya dalam bisang pembelajaran.

Mendidik Heart, Head and Hand. Apa yang kami dapatkan adalah sebuah cerita panjang nan kompleks, namun satu hal yang membuat kami terkagum, niat tulus dan kegigihan beliau dalam mengembangkan lembaga pendidikanya. Kadang saya berfikir, bagaimana bisa ibu ini menggerakkan semua elemen yang ada di sekolah hingga masyarakat sekitar untuk memajukan pendidikanya, cerita demi cerita pun berlanjut dan kami asyik mendengarnya.

Bila diungkapkan semua ceritanya, mungkin perlu berleembar-lembar, namun akan disingkat saja. Ibu kepala sekolah selalu menitik beratkan pada hasil akhir dari proses pendidikan. Ketika hasil akhir yang diharapkan baik, maka prosesnya juga harus baik, bahkan hingga guru-gurunya pun harus baik. Hal ini senada dengan pernyataan K.H. Imam Zarkasyi, “Metode Mengajar lebih penting daripada materi, Guru lebih penting daripada metode, dan ruh guru lebih penting daripada guru itu sendiri”.

Apa yang terjadi di lapangan, ternnyata berbeda jauh dengan apa yang ada dalam lembaran buku. Bila di buku diterangkan baagaimana teknikk-teknik supervisi yang beraneka ragamnya, dalam lapangan kami mendapatkan terkadang hanya satu pendekatan/ metode dalam menjalankan supervisi pembelajaran.
Dari semua yang dikemukakan ibu kepsek, inti utama adalah ketanggapan kepala sekolah akan isu yang ada. Ketika ada sebuah isu yang diperkirakan akan memberikan dampak negatif, ibu ini langsung mengumpulkan guru-gurunya untuk dirembukkan bagaimana baiknya. Inti pertanyaanya, mau dibawa kemana anak-anak ini, menurut ibu/bapak guru yang bersangkutan bagaimana pelaksanaanya. Dengan adanya musyawarah dan keterbukaan guru-guru dalam forum, maka masalah akan lebih cepat terselesaikan dan prespektif tiap guru dapat kembali kepada jalur utama, jalur untuk mensukseskan siswa.

Selain itu, setiap interaksi adalah proses pendekatan dan pemahaman seerta pemberian bimbingan bagi guru-guru. Disaat guru-guru meminta tanda tangan untuk RPPnya, disitu bisa dimasukkan koreksian dan saran-saran untuk lebih memajukan siswa. Ketika bertemu di ruangan guru, ataupun dalam kantin, merupakan wahana sharing yang lebih efektif. Selain guru tidak merasa terbelenggu, mereka juga merasa bebas mengungkapkan keluhan dan hambatan yang dialaminya. Keterbukaan dan kejujuran menjadi kunci utama dalam interaksi ini.

Hasil evaluasi seperti nilai ulangan, try out UN dan hasil ujian menjadi cermin dari usaha tiap guru. Apa yang kurang perlu diperbaiki, yang baik perlu diberikan reward. Kekurangan yang ada cukup ditunjukkan kepada guru, kemudian dengan bijak memintanya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, tidak perlu punishment karna guru pastilah sudah mengerti apa yang dimaksud kepsek. Begitupula reward atau hadiah, tidak perlu berupa fisik dan bersifat materi, sebuah pujian dan dukungan sudah cukup menjadikan seseorang dihargai atas usaha kerasnya dalam mendidik siswa. “Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan” begitulah salah satu prinsip quantum teaching yang secara tidak langusng dilaksanakan di sekolah tersebut.

Kesimpulanku, mendidik haruslah diawali dari heart/ hati dimana niat tulus, ikhlas tanpa pamrih muncul untuk memajukan dan mengembangkan peserta didik. Heart akan menstimulus head/kepala atau otak untuk berfikir mencari jalan bagaimana realisasi/ pelaksanaan yang cocok untuk konteks sekolah tersebut. Maka head jika telah memiliki konsep, akan menggerakkan hand untuk bekerja dan melaksanakan apa yang telah dikonsepkan tadi. Dari hari menstrimulus kepala/ otak, kemudian menggerakkan tangan/ anggota tubuh. From heart, consepttualize in head, then deriver hand. Wallahu a’lam bishowab.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Aktualisasi Latsar: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan

Laporan Aktualisasi: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau ...