Gontor tidak berpolitik praktis


Panca Jiwa dan Motto Pondok Gontor

Sempat terkejut dengan pemberitaan Gontor yg mendukung salah satu capres. Gontor tidak berpolitik praktis. Ternyata, itu pernyataan dari satu orang alumni yang kemudian digeneralisasi secara paksa oleh pihak pemilik media penulis. Sehingga, terlihat seakan Gontor memihak salah satu capres, padahal logika yang digunakanya salah, premis minor dan mayornya memang benar, namun generalisasi yang digunakan salah, sehingga bisa dipastikan hasilnyapun salah. Opini seorang alumni tidak bisa mewakili dua orang atau lebih, apalagi yang dituliskan adalah nama lembaganya, jelas cara itu ngawur dan tidak masuk akal. Ilustrasinya sebagaimana dibawah ini:

Premis minor: ali adalah santri gontor = benar

Premis mayor: ali mendukung si A = benar

Kesimpulan: Gontor mendukung si A = salah

Bagaimana bisa ali disamakan dengan Gontor? Ali adalah seseorang, memiliki pandangan sendiri, opini sendiri dan kepribadian serta prilaku yang kesemuanya kembali pada diriinya sendiri. Bagaimana bisa dia disamakan dengan Gontor, sebuah lembaga besar, dimana banyak individu didalamnya, memiliki sistem, aturan dan tata cara sendiri yang telah diatur. Bahkan pimpinan pondok, atau ketua yayasan (badan wakaf) sekalipun, prilakunya tidak bisa langsung diafiliasikan dengan Gontor. Ada nilai-nilai luhur yang telah ditetapkan oleh  pendirinya, yang itu menjadikan sunnah pondok, prilaku pondok, dan lain sebagainya sehingga terbentuklah budaya Gontor.


Dari awal, Gontor telah menetapkan prinsip-prinsip serta motto bagi kelangsungan lembaga ini. Salah satu prinsipnya adalah “Berdiri diatas dan untuk semua golongan”. Orang waras manapun akan mengartikan bahwa Gontor tidak berafiliasi dengan salah satu golongan organisasi masyarakat, apalagi partai politik. Intinya, Gontor tidak berpolitik praktis. Gontor menerima semua golongan yang ingin belajar, tentunya dengan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Prinsip ini lebih menegaskan lagi bahwa Gontor dan alumninya diharapkan menjadi perekat ummat. Tidak berpolitik praktis, itu prinsip Gontor, alumninya dibebaskan untuk memilih mana yang baik menurut mereka.

Dalam falsafah Gontor, kebebasan tidak diajarkan kecuali setelah melaksanakan urutan motto pondok sebelumnya. Motto pondok Gontor adalah kriteria atau sifat-sifat utama yang ingin ditanamkan pada setiap santrinya, urutanya: (1) Berbudi Tinggi, (2) Berbadan Sehat, (3) Berpengetahuan Luas, (4) Berfikiran Bebas. Berfikir bebas tidak akan bisa dilakukan tanpa memiliki pengetahuan yang luas, maka luaskanlah pengetahuanmu dengan membaca dan melihat alam semesta hingga kau dapatkan hikmah darinya. Selengkapnya bisa dibaca di web reesmi Gontor http://www.gontor.ac.id/motto

Gontor juga memiliki panca jiwa; (1) Keikhlasan, (2) Kesederhanaan, (3) Berdikari, (4) Ukhuah Islamiyah, dan (5) Kebebasan. Panca jiwa adalah nilai-nilai yang dijiwai oleh suasana-suasana kehidupan di pondok Gontor. Nilai ini mendasari setiap kegiatan yang ada di Gontor. Penjelasan seutuhnya bisa dibuka di website gontor http://www.gontor.ac.id/panca-jiwa

Kembali kepada tema utama, Gontor memang berpolitik, namun Gontor tidak berpolitik praktis. Sekali lagi, Gontor tidak mendukung partai apapun, atau golongan masyarakat tertentu. Dalam pandangan Gontor, politik tertinggi adalah dengan pendidikan. Tentunya, pendidikan yang dimaksud bukan hanya sekedar transfer ilmu pengetahuan, namun juga transfer nilai-nilai sehingga terciptalah seorang insan kaamil. Dengan pendidikan, Gontor berusaha menghasilkan alumni yang bisa menjadi kader perekat ummat, demi memajukan bangsa Indonesia.
KH. Ahmad Sahal, salah satu pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, menegaskan, “Meskipun semua santri dan guru di Pondok ini adalah anak orang Muhammadiyah, Pondok ini tidak akan berubah menjadi Muhammadiyah. Dan meskipun semua santri dan guru di Pondok ini adalah anak orang Nahdhatul Ulama, Pondok ini tidak akan pernah berubah menjadi Nahdhatul Ulama.”

Begitulah kiranya tambahan klarifikasi atas berita tersebut. Akun twitter resmi Gontor (@PMGontor) juga telah mengklarifikasi berita tersebut, dengan memberikan sembilan tweeps.

Aslkm ikhwan tweeps.. menyikapi bbrp pemberitaan di luar ttg sikap gontor terkait hiruk pikuk pemilu, ada bbrp hal yg perlu kami sampaikan

1. Sejak didirikan pd th 1926, gontor secara lembaga tdk terjun ke dlm politik praktis

2. Gontor merupakan ponpes yg sdh diwakafkan pd umat Islam seluruh dunia, sehingga gontor berdiri di ataa dan untuk semua golongan

3. Gontor benar2 lembaga yg mandiri, tdk berafiliasi ke ormas atau parpol tertentu

4. Dengan samangat membangun negeri, Gontor mendorong aspirasi umat untuk menentukan pilihannya sendiri dlm Pilpres 2014

5. Gontor tidak mendukung capres tertentu. Gontor mendukung masyarakat untuk menentukan sendiri pemimpin pilihan umat

6. Jika ada pihak yg menyatakan bhw Gontor mendukung salah satu Capres, itu tdk benar. Sekali lg, gontor tdk berpolitik praktis

7. Untuk para alumni, diberi kebebasan dlm menentukan pilihannya, tp mohon dg sangat untuk tdk mbawa gontor secara lembaga.

8. Gontor ttp pd komitmen awal untuk menjadi perekat umat, mencetak kader pemimpin umat.

9. Demikian ikhwan tweeps pernyataan kami, mohon untuk disebarluaskan. Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Bijak dan selektif dalam menerima informasi, merupakan satu dari akhlak seorang muslim sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Laporan Aktualisasi Latsar: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan

Laporan Aktualisasi: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau ...