
Berdasarkan Tipologi Filsafat Pendidikan dan Tipologi Pemikiran Islam sebagainana diuraikan diatas, pada pokok bahasan ini kita akan memformulasikan Tipologi Filsafat Pendidikan Islam. Formulasi tersebut sesungguhnya hanya mendasarkan pada studi komparasi antara Tipologi Filsafat Pendidikan dan Tipologi Pemikiran Islam sesuai dengan sifat dan kharakteristiknya yang hampir serupa dengan menyandarkan pada pendapat para ahli. Dalam perspektif ini Prof. Dr. Muhaimin mengklasifikasikan tipologi filsafat pendidikan Islam menjadi lima bagian ,yaitu:[1]
1. Perenial-Esensialis Salafi
Konstruksi tipologi tekstual salafi dilihat dari wataknya yang bersifat regresif dan konservatif, maka lebih dekat dengan perenialism dan essensialism. Hanya saja perenialism menghendaki agar kembali kepada jiwa yang menguasai abad pertengahan, sedangkan model tekstual salafi menghendaki agar kembali ke masyarakat salaf (era kenabian dan sahabat). Namun pada intinya keduanya lebih berwatak regresif. Adapun essentialism menghendaki pendidikan yang bersendikan atas nilai-nilai yang tinggi, yang hakiki kedudukannya dalam kebudayaan, dan nilai-nilai ini hendaklah yang sampai kepada manusia melalui civilisasi dan yang telah teruji oleh waktu.
Model pemikiran tekstualis salafi juga beranggapan bahwa nilai-nilai kehidupan pada masyarakat salaf perlu dijunjung tinggi dan dilestarikan keberadaannya hingga sekarang, baik nilai-nilai insaniyah maupun nilai-nilai Illahiyah, karena masyarakat salaf dipandang sebagai masyarakat yang ideal. Karena itu keduanya juga berwatak konservatif, dalam arti sama-sama hendak mempertahankan nilai, kebiasaan dan tradisi masyarakat terdahulu.
Dalam bangunan pemikiran filsafat pendidikan Islam, model ini dapat dikategorikan sebagai tipologi perennial tekstual salafi dan sekaligus essensial tekstual salafi. Parameter dari perennial –tekstual salafi adalah watak regresifnya yang ingin kembali ke masa salaf sebagai masyarakat ideal yang dipahaminya secara tekstual. Sedangkan parameter essensial–tekstual salafi adalah watak konservatifnya untuk mempertahankan dan melestarikana nilai-nilai Illahiyah dan insaniyah yang dipraktikkan pada masa salaf yang juga dipahami secara tekstual tanpa adanya verifikasi dan kontekstualisasi. Untuk menyederhanakan istilah pada model filsafat pendidikan Islam pada tipologi ini kita pakai istilah perennial-essensial salafi.
2. Perenial-Esensialis Mazhabi
Konstruksi tipologi tradisional mazhabi dilihat dari wataknya lebih menonjolkan sifatnya yang tradisional dan mazhabi. Watak tradisionalnya diwujudkan dalam bentuk sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada nilai, norma dan adat kebiasaan serta pola-pola pikir yang ada secara turun menurun dan tidak mudah terpengaruh oleh situasi sosio historis masyarakat yang sudah mengalami perubahan dan perkembangan sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan watak mazhabinya diwujudkan dalam bentuk kecenderungannya untuk mengikuti aliran, pemahaman atau doktrin, serta pola-pola pemikiran sebelumnya yang dianggap sudah relative mapan.
Dalam konteks pemikiran filsafat pendidikan Islam, tipologi ini berusaha membangun konsep pendidikan Islam melalui kajian terhadap khazanah pemikiran pendidikan Islam karya para ulama’ pada periode terdahulu, baik dalam bangunan tujuan pendidikannya, kurikulum atau program pendidikan, hubungan pendidik dan peserta didik, metode pendidikan, maupun lingkungan pendidikan (konteks belajar) yang dirumuskannya. Bahkan ia juga merujuk atau mengadopsi produk-produk pemikiran pendidikan dari para cendikiawan non muslim terdahulu tanpa dibarengi dengan daya kritis yang memadai.
Dengan demikian tipologi filsafat pendidikan Islam ini lebih dekat dengan perenialism dan essensialism, terutama dari wataknya yang regresif dan konservatif. Maka berdasarkan tipologi tersebut tersusunlah tipologi filsafat pendidikan yang disebut dengan perennial-esensial mazhabi.
3. Modernis
Tipologi filsafat pendidikan Islam medel ini lebih menonjolkan wawasan pendidikan Islam yang bebas, modifikatif, progresif dan dinamis dalam menghadapi dan merespons tuntutan dan kebutuhan dari lingkungannya, sehingga pendidikan Islam berfungsi sebagai upaya melakukan rekonstruksi pengalaman yang terus menerus agar dapat berbuat sesuatu yang intelligent dan mampu mengadakan penyesuaian dan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan dari lingkungan pada masa sekarang.
4. Perenial-Esensialis Kontekstual Falsifikatif
Model pemikiran filsafat pendidikan Islam ini berupaya mengambil jalan tengah antara kembali ke masa lalu dengan jalan melakukan kontekstualisasi serta uji falsifikasi dan mengembangkan wawasan-wawasan kependidikan Islam masa sekarang selaras dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan social yang ada. Fungsi pendidikan Islam adalah sebagai upaya mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai (Illahiyah dan insaniyah) dan sekaligus menumbuh kembangkannya dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan sosial yang ada.
5. Reconstruksi Sosial Berlandaskan Tauhid
Dalam pandangan filsafat pendidikan Islam model rekonstruksi sosial, ia lebih menonjolkan sikap proaktif dan antisipatif, sehingga tugas pendidikan adalah membantu agar manusia menjadi cakap dan selanjutnya mampu ikut bertanggung jawab terhadap pengembangan masyarakatnya. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, maka fungsi pendidikan Islam adalah sebagai upaya menumbuhkan kreativitas peserta didik, memperkaya khazanah budaya manusia, memperkaya isi nilai-nilai insani dan Illahi, serta menyiapkan tenaga kerja produktif.
[1] Dr. Muhaimin, M.A, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2003) h. 32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar