SEJARAH KEMUNCULAN MURJI’AH
Pada awal mulanya Irja’ muncul untuk mengcounter paham Khawarij yang mengkafirkan Hakamain [dua orang yang memutuskan perkara dalam masalah Ali dan Muawiyah], juga untuk mengcounter Ali bin Abi Thalib. Irja’ semacam ini bukanlah Irja’ yang bersangkutan dengan Iman, akan tetapi mereka hanya membicarakan tentang perkara dua kelompok yang berperang di antara para sahabat saja.
Dalam sejarah kemunculannya didapatkan bahwa orang yang pertama kali membicarakan masalah Irja’ adalah Al Hasan bin Muhammad bin Hanafiyah, beliau meninggal pada tahun 99 H.[1] Dan setiap orang yang mengisahkan riwayat hidupnya akan menyebutkan tentang permasalahan Irja’ beliau.
Ibnu Sa’ad berkata: “Al Hasan adalah orang yang pertama kali mengatakan tentang irja’. Dikisahkan bahwa Zadzan dan Maisarah datang kepadanya dan langsung mencelanya, lantaran sebuah buku yang ia tulis tentang irja’, maka Al Hasan berkata pada Zadzan: "Wahai Abu Umar, sungguh aku lebih suka mati dan aku dalam keadaan tidak menulis buku tersebut.”
Buku yang ditulis oleh Al Hasan ini hanyalah Irja’ tentang sahabat yang ikut serta dalam fitnah (red : perselisihan) yang terjadi setelah wafatnya Syaikhani (Abu Bakar dan Umar).
Al Hafidz Ibnu Hajar di dalam buku yang telah diterbitkan menegaskan bahwa yang dimaksud dengan Irja’ yang dibawa oleh Al Hasan adalah Irja’ yang tidak dicela oleh Ahlus Sunnah, yaitu Irja’ yang berkaitan dengan iman, hal tersebut saya (Ibnu Hajar) tegaskan berdasarkan pada kitab yang dikarang oleh Al Hasan bin Muhammmad. Di akhir kitab "Al Iman", karangan Ibnu Abi Umar dikatakan: "Telah diceritakan oleh Ibrahim bin Uyainah dari Abdul Wahid bin Ayman bahwa Al Hasan bin Muhammad menyuruhku untuk membacakan kitabnya kepada khalayak, yang bunyinya sebagai berikut:
“Amma ba'du. Kami wasiatkan kepada Anda sekalian agar bertakwa pada Allah, kemudian dia berwasiat tentang kitabullah dan agar mengikutinya serta menyebutkan keyakinannya lalu dia berkata pada akhir-akhir wasiatnya: "Kami telah mengangkat Abu Bakar dan Umar sebagai khalifah dan kami berjihad di masa mereka berdua, karena keduanya belum pernah dibunuh oleh ummatnya bahkan ummatnya tidak merasa ragu terhadap urusan-urusan mereka. Sedangkan orang–orang setelahnya yang berselisih maka kami akhirkan (posisi) mereka dan kami serahkan urusannya kepada Allah ……. ."
Inilah Irja’ yang telah dikatakan oleh Al Hasan bin Muhammad, dan permasalahan tersebut telah dikuatkan oleh Ibnu Hajar.
Kejadian tersebut di atas mengilhami beliau (Ibnu Hajar) untuk menulis suatu karangan yang berjudul : “Perkara Irja’ yang tidak berkaitan dengan iman tidak menjadikan seseorang tercela” .[2]
[1]. Tahdzib At Tahdzib : 2 / 276-277
[2] . Syarh Usul ‘Itiqad :1/ 26- 27
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Laporan Aktualisasi Latsar: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan
Laporan Aktualisasi: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau ...

-
Ijhad walataksal wala taku ghofilan fanadamatul 'uqba liman yatakasal Lirik yang bagus dan mendidik, dipadu musik yang nik dan ...
-
Inilah kajian tentang Teori dan Ayat Al-Qur'an tentang Organisasi dan Pengorganisasian. Disini kita dituntut untuk membahas satu persatu...
-
Lirik Nasyid Doa Anak Soleh Hormati Orang tuamu dengan cinta dan kasih Sayangilah selalu dengan sepenuh hati Jagalah ucapanmu jan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar