Guru mengajar belum tentu mendidik. Mengapa dikatakan belum mendidik walau sudah mengajar? inilah perbedaan Mengajar dan mendidik.
Mengajar merupakan salah satu tugas utama guru, yaitu kegiatan transfer ilmu pengetahuan di ruangan kelas ketika jam pelajaran dimulai hingga akhir jam pelajaran. Bisa juga ketika mengadakan les privat untuk sebagian atau seluruh peserta didiknya. Mengajar berarti memindahkan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki guru kepada anak didiknya
Lain halnya dengan mendidik, yang diambil darikata didik. Mendidik lebih luas daripada mengajar. Mendidik merupakan kegiatan transfer ilmu pengetahuan diiringi dengan transfer of skill, sehingga murid tidak harus tergantung kepada guru bila ingin mendapatkan pengetahuan dengan belajar secara mandiri, hal yang terpenting adalah transfer of values atau nilai. Transfer nilai yang dimaksud disini bukanlah nilai ujian atau nilai ulangan umum, melainkan nilai-nilai keidupan, keindahan, kehormatan, persahabatan, kesetiaan, dan berbagai nilai-nilai baik lainya. Dengan luasnya makna mendidik, tentunya mengajar belum tentu mendidik.
Hal yang ingin disampaikan penulis dalam artikel ini adalah bahwa guru sudah seyogyanya mendidik bukan lagi mengajar, karena mengajar adalah sebagian kecil dari mendidik. Mengajar bisa dilakukan siapa saja, namun mendidik hanyalah bisa dilakukan oleh seorang guru yang berdedikasi tinggi, tulus dan ikhlas dalam mengerjakan tugasnya, tanpa melihat si anak pintar atau tidak.
Guru dikatakan hanya mengajar jika ia hanya menyampaikan materi pembelajaran demi tercapainya tujuan kognitif semata, berarti hasil akhir yang dicapainya adalah peserta didik bisa mengerjakan soal ujian dan dinyatakan lulus. Sementara, guru dikatakan mendidik apabila peserta didiknya mencapai perubahan sikap, tingkah laku, dan karakter sebagai hasil dari pembelajaran yang diberikan oleh guru. Jadi, guru yang baik harusnya bisa mengajar dan mendidik, dengan harapan tercapai bukan hanya “transfer of knowledge”, namun juga “transfer of skill” dan “transfer of value”.
Mengajar belum tentu mendidik, namun mendidik sudah pasti mengajar. Bagi para guru di Indonesia, marilah kita didik anak-anak negri ini, semoga mereka bermanfaat bagi diri mereka sendiri, memberikan manfaat bagi masyarakat dan juga sanggup memuliakan agama dan memajukan negara. Amiiin...
Perbedaan Orang Genius dan Orang Cerdas
ada perbedaan mendasan antara orang genius dan orang cerdas. Pertanyaanya, apakah kita termasuk orang genius, atau orang yang cerdas? tulisan ini hanyalah sebuah refleksi keidupan.
Tentunya kita pernah mendengar kata genius, yaitu sebutan lain dari kata pintar. Dalam kamus bahasa inggris, genius diartikan sebagai seorang yang kepandaiannya luar biasa. Biasanya, seseorang yang mendapatkan nilai tinggi di sekolah akan mendapatkn label tersebut. Apalagi anak tersebut merupakan juara kelas, pastilah julukan itu melekat kuat-kuat dalam dirinya.
Masih teringat juga pastinya sebagian besar dari kita menginginkan label dan julukan genius, terlebih dari kalangan orangtua. Hanya saja, ada orang yang mampu untuk menjadi genius atau pintar dalam kelas, sedangkan yang lainya atau malah sebagian besar kurang mampu menjadi yang demikian. Walaupun begitu, orangtua selalu berusaha untuk memotivasi dan terus mendorong anaknya untuk menjai genius dengan berbagai cara. Mulai dari iming-iming jika juara kelas hingga hukuman badan bila mendapatkan nilai merah.
Sayangnya, genius yang diukur hanyalah aspek kognitif di kelas. Kognitif menjadi primadona daripada dua kemampuan lainya, afektif dan psikomotorik. Lebih parah lagi, nilai kegeniusan seseorang ditumpukan pada seonggok nilai yang didapatkan dari tes formal. Sedangkan tes formal sendiri kini sangat diragukan kualitasnya, bahkan setinggkat UN (Ujian Nasional).Padahal, genius di kelas bukanlah jaminan untuk meraih kesuksesan masa depan. Sebagai pengingat, presentase kesuksesan hidup orang yang dulunya biasa-biasa saja cendrung lebih tinggi ketimbang orang-orang pintar di kelas. Jadi, jangan sombong dulu bila anda merasa genius, dan jangan minder juga bagi anda yang tidak pintar.
Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya. Mungkin seseorang tidak pintar di kelas, namun bisa jadi ia adalah seorang yang supel (gampang bergaul), atau seorang atlet sekolah dalam bidang olahraga, adajuga yang pintar membuat puisi, pintar menggambar dan melukis serta menata barang-barang, seorang musikal yang kreatif, orang yang cerdas ketika berinteraksi dengan alam dan lain sebagainya.
Intinya, jangan mengukur Kecerdasan dan kepintaran hanya dari segi kognitif dan nilai di kelas, tapi harus dari segala segi kecerdasan, Linguistik, Logis-Matematis, Spatial-Visual, Kinestetis, Musik, Intrapersonal, Interpersonal, Naturalis dan Ekstensionis.
Setiap kita memiliki kesemua kecerdasan diatas, hanya saja setiap orang berbeda tingkat kecerdasanya. Bisa jadi ia cerdas dalam hal logis-matematis, namun kurang cerdas dalam bidang lainya. Ada juga yang cerdas kinestetik, menjadi atlet dan olahragawan, namun mungkin di kelas ia bukanlah apa-apa.
Akhirkata, marilah kita temukan kecerdasan kita sehingga kecerdasan tersebut menjai sesuatu yang bermanfaat, memiliki nilai plus untuk diri sendiri dan orang lain, apalagi dari kecerdasan tersebut dapat melahirkan sebuah produk, itulah orang yang cerdas dalam menggunakan Kecerdasanya.
Tentunya kita pernah mendengar kata genius, yaitu sebutan lain dari kata pintar. Dalam kamus bahasa inggris, genius diartikan sebagai seorang yang kepandaiannya luar biasa. Biasanya, seseorang yang mendapatkan nilai tinggi di sekolah akan mendapatkn label tersebut. Apalagi anak tersebut merupakan juara kelas, pastilah julukan itu melekat kuat-kuat dalam dirinya.
Masih teringat juga pastinya sebagian besar dari kita menginginkan label dan julukan genius, terlebih dari kalangan orangtua. Hanya saja, ada orang yang mampu untuk menjadi genius atau pintar dalam kelas, sedangkan yang lainya atau malah sebagian besar kurang mampu menjadi yang demikian. Walaupun begitu, orangtua selalu berusaha untuk memotivasi dan terus mendorong anaknya untuk menjai genius dengan berbagai cara. Mulai dari iming-iming jika juara kelas hingga hukuman badan bila mendapatkan nilai merah.
Sayangnya, genius yang diukur hanyalah aspek kognitif di kelas. Kognitif menjadi primadona daripada dua kemampuan lainya, afektif dan psikomotorik. Lebih parah lagi, nilai kegeniusan seseorang ditumpukan pada seonggok nilai yang didapatkan dari tes formal. Sedangkan tes formal sendiri kini sangat diragukan kualitasnya, bahkan setinggkat UN (Ujian Nasional).Padahal, genius di kelas bukanlah jaminan untuk meraih kesuksesan masa depan. Sebagai pengingat, presentase kesuksesan hidup orang yang dulunya biasa-biasa saja cendrung lebih tinggi ketimbang orang-orang pintar di kelas. Jadi, jangan sombong dulu bila anda merasa genius, dan jangan minder juga bagi anda yang tidak pintar.
Sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya. Mungkin seseorang tidak pintar di kelas, namun bisa jadi ia adalah seorang yang supel (gampang bergaul), atau seorang atlet sekolah dalam bidang olahraga, adajuga yang pintar membuat puisi, pintar menggambar dan melukis serta menata barang-barang, seorang musikal yang kreatif, orang yang cerdas ketika berinteraksi dengan alam dan lain sebagainya.
Intinya, jangan mengukur Kecerdasan dan kepintaran hanya dari segi kognitif dan nilai di kelas, tapi harus dari segala segi kecerdasan, Linguistik, Logis-Matematis, Spatial-Visual, Kinestetis, Musik, Intrapersonal, Interpersonal, Naturalis dan Ekstensionis.
Setiap kita memiliki kesemua kecerdasan diatas, hanya saja setiap orang berbeda tingkat kecerdasanya. Bisa jadi ia cerdas dalam hal logis-matematis, namun kurang cerdas dalam bidang lainya. Ada juga yang cerdas kinestetik, menjadi atlet dan olahragawan, namun mungkin di kelas ia bukanlah apa-apa.
Akhirkata, marilah kita temukan kecerdasan kita sehingga kecerdasan tersebut menjai sesuatu yang bermanfaat, memiliki nilai plus untuk diri sendiri dan orang lain, apalagi dari kecerdasan tersebut dapat melahirkan sebuah produk, itulah orang yang cerdas dalam menggunakan Kecerdasanya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Laporan Aktualisasi Latsar: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan
Laporan Aktualisasi: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau ...

-
Ijhad walataksal wala taku ghofilan fanadamatul 'uqba liman yatakasal Lirik yang bagus dan mendidik, dipadu musik yang nik dan ...
-
Inilah kajian tentang Teori dan Ayat Al-Qur'an tentang Organisasi dan Pengorganisasian. Disini kita dituntut untuk membahas satu persatu...
-
Lirik Nasyid Doa Anak Soleh Hormati Orang tuamu dengan cinta dan kasih Sayangilah selalu dengan sepenuh hati Jagalah ucapanmu jan...