
Ibnu Khaldun berkata : “tasawuf itu adalah semacam ilmu syari’ah yang timbul kemudian di dalam agama. Asalnya ialah ketekunan beribadah dan memutuskan pertalian dengan segala selain Allah, hanya menghadap Allah semata. Menolak hiasan-hiasan dunia, serta membenci perkara-perkara yang selalu mendaya orang banyak, kelezatan harta benda, dan kemegahan. Dan menyendiri menuju jalan Tuhan dalam khalwat dan ibadat!”[1]
Demikianlah pendapat Ibnu Khaldun, yang meneropong suatu perkara dari segi ilmu pengetahuan. Tetapi ahli-ahli tasawuf yang terbesar mempunyai pula ka’idah sendiri-sendiri tentang arti tasawuf itu.
Ada yang berkata: “Tasawuf ialah putus hubungan dengan makhluk dan kuatnya perhubungan dengan khalik.”
Al-Junaid berkata: “Tasawuf ialah keluar dari budi, perangai yang tercela dan masuk kepada budi, perangai yang terpuji.” Membingungkan memang pendapat beliau ini.
Pendapat yang paling controversial diungkapkan oleh Al-Hallaj. Seketika ia disalibkan dan menunggu ajal, sebab dia berkepercayaan bahwa dirinya bersatu dengan Tuhan, maka dating seseorang dating bertanya padanya: “Diwaktu sekarang, patut engkau meninggalkan kata kepada kami, apakah arti yang sejati dari tasawuf itu?” dalam keadaan darah mengucur dari tubuhnya dan punggungnya hangus terkena panas, ia berkata: “tasawuf ialah yang engkau lihat dengan matamu ini. Inilah dia tasawuf”[2]
[1] Hal. 13
[2] Hal. 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar