Pembagian Wacana Deskripsi dalam Bahasa Indonesia

Pembagian Wacana Deskripsi

Menurut Keraf  wacana dalam  bentuk deskripsi dibedakan menjadi  dua yaitu deskripsi tempaat dan deskripsi orang atau tokoh.[1]

a.  Deskripsi tempat

Deskripsi tempat berdasarkan pada tiga hal yaitu suasana hati, bagian yang relevan, dan urutan kejadiannya. Dalam kaitannya dengan suasana hati  yang manakah yang paling menonjol untuk dijadikan landasan. Berkaitan dengan bagian yang relevan penulis deskripsi juga harus mampu memilih detail detail yang relevan untuk mendapatkan gambaran tentang suasana hati. Sedangkan berkaitan dengan urutan penyampaian, pengarang dituntut pula mampu menetapkan urutan yang paling baik dalam menampilkan detail yang dipilih. Mungkin seorang penulis mengurutkan dari bagian yang tidak penting ke bagian yang penting atau sebaliknya.

b.  Deskripsi orang atau tokoh

Untuk mendeskripsikan seorang tokoh dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti:

  1. Menggambarkan fisik yang bertujuan memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya tentang keadaan tubuh seorang tokoh.

  2. Menggambarkan tindak tanduk seseorang tokoh. Dalam hal ini pengarang mengikuti dengan cermat semua tindak tanduk perbuatan, gerak-gerik sang tokoh.  Dari satu tempat ke tempat lain atau dari waktu ke waktu lain.

  3. Menggambarkan keadaan tokoh yang mengelilingi sang tokoh misalnya menggambarkan tentang pakaian, tempat kediaman, kendaraan dsb.

  4. Menggambarkan perasaan dan pikiran tokoh. Hal ini tidak dapat diserap oleh pancaindera manusia. Namun diantara perasaan dan unsur fisik merupakan hubungan yang sangat erat. Pancaran wajah, gerak bibir, pandangan mata dan gerak tubuh merupakan  petunjuk tentang keadaan perasaan seseorang pada waktu itu.

  5. Menggambarkan watak seseorang. Aspek perwatakan inilah yang paling sulit dideskripsikan.

Sedangkan Parera  membagi deskripsi secara garis besar menjadi dua yaitu  deskripsi eksposition dan deskripsi impresionistik.[2]

  1. Deskripsi eksposition

Deskripsi ini pada umumnya bersifat logis, ia disusun seperti satu katalog dalam urutan yang logis, umpamanya orang mendeskripsikan satu gedung tinggi mulai dari bawah ke atas atau dari kiri ke kanan. Pilihan detail-detail untuk menunjukkan ketelitian penginderaan pengarang. Tujuan deskripsi ini ialah memberikan informasi dan menimbulkan pembaca melihat, mendengar, merasakan apa yang dideskripsikan itu.

  1. Deskripsi impresionistik

Tujuan deskripsi ini adalah membuat pembaca memancainderakan dan membuat ia bereaksi secara emosional akan apa yang dideskripsikan. Dalam deskripsi ini pengarang ingin mendapatkan jawaban atau reaksi pembaca, maka pertama pengarang harus menentukan dahulu jawaban atau reaksi apa yang ia kehendaki. Akan tetapi ia tidak mempunyai pola untuk mendeskripsikannya dalam urutan logis.

Untuk mendapatkan tulisan deskripsi yang baik ada tiga pendekatan yang harus dilakukan oleh penulis yaitu:

  1. Pendekatan yang realistis

Dalam pendekatan yang realistis penulis berusaha agar deskripsi yang dibuatnya terhadap objek yang tengah diamati itu harus dapat dilukiskan seobjektif-objektifnya.

  1. Pendekatan yang impresionistik

Pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara subjektif. Apa yang dimaksud dengan subjektif sama sekali tidak berarti bahwa  pengarang itu membuat seenaknya terhadap detail-detail yang dapat dilihatnya.

  1. Pendekatan menurut sikap penulis

Bagaimana sikap penulis terhadap objek yang dideskripsikan itu. Penulis dapat mengambil salah satu sikap berikut; masa bodoh, sungguh-sungguh dan cermat, mengambil sikap seenaknya, atau mengambil sikap bertindak ironis.

Referensi

Irman, Muhammad, Bahasa Indonesia 2 Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas XI, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 2008

Parera, Jos Daniel . Menulis Tertib dan Sistematik. 1993 Jakarta: Erlangga

Keraf, Gorys. Eksposisi dan Deskripsi. 1981, Jakarta: Nusa Indah


[1] Keraf, Gorys. Eksposisi dan Deskripsi. 1981, Jakarta: Nusa Indah

[2] Parera, Ibid.

Pengertian Wacana Bahasa Indonesia

Wacana berasal dari bahasa Inggris  discourse, yang artinya antara lain ”Kemampuan untuk maju menurut urutan-urutan yang teratur dan semestinya.” Pengertian lain, yaitu ”Komunikasi buah pikiran, baik lisan maupun tulisan, yang resmi dan teratur.” Jadi, wacana dapat diartikan adalah sebuah tulisan yang teratur menurut urut-urutan yang semestinya atau logis. Dalam wacana setiap unsurnya harus memiliki kesatuan dan kepaduan.[1]

Setiap wacana memiliki tema untuk diuraikan atau diceritakan dalam wacana. Tema berfungsi sebagai pengikat agar isi wacana teratur, terarah dan tidak menyimpang kesana-kemari.

Sebelum menulis wacana, seseorang harus terlebih dahulu menentukan tema, setelah itu baru tujuan. Tujuan ini berkaitan dengan bentuk atau model isi wacana. Tema wacana akan diungkapkan dalam corak atau jenis tulisan seperti apa itu bergantung pada tujuan dan keinginan si penulis. Setelah menetapkan tujuan, penulis akan membuat kerangka karangan yang terdiri atas topik-topik yang merupakan penjabaran dari tema.

Topik-topik itu disusun secara sistematis. Hal itu dibuat sebagai pedoman agar karangan dapat terarah dengan memperlihatkan pembagian unsur-unsur karangan yang berkaitan dengan tema. Dengan itu, penulis dapat mengadakan berbagai perubahan susunan menuju ke pola yang sempurna.

Beberapa manfaat kerangka karangan:

  1. Pedoman agar penulisan dapat teratur dan terarah.

  2. Penggambaran pola susunan dan kaitan antara ide-ide pokok/topik.

    1. Membantu  pengarang melihat adanya pokok bahasan yang menyimpang dari topik dan adanya ide pokok yang sama

    2. Menjadi gambaran secara umum struktur ide karangan sehingga membantu pengumpulan bahan-bahan pustaka yang diperlukan

[1] Irman, Muhammad, Bahasa Indonesia 2Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan Kelas XI, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 2008

Laporan Aktualisasi Latsar: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan

Laporan Aktualisasi: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau ...