Buku dengan judul,
“Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi” mendeskripsikan tentang peran besar kyai dalam memelihara budaya organisasi. Buku ini didasarkan atas desertasi Dr. Hj. Mardiyah, M.Ag di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Kemudian diterbitkan oleh Aditya Media Publishing. Dicetak pertamakali pada bulan Maret 2012 di Kota Malang.
Menurut Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, sebagai Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim, beliau sangat mengapresiasi atas terbitnya buku ini. Deskripsi pokok-pokok dalam buku ini merupakan reproduksi dan sebuah penelitian disertasi yang serius.
Keseriusan ini dapat dilihat dari dua aspek, pertama, pemilihan yang cerdas atas lokasi penelitian dari berbagai pesantren yang variatif, yaitu Pondok Modern Gontor Ponorogo yang by design modern sejak berdirinya, Pondok Pesantren Lirboyo Kediri sebagai pesantren tradisional (salaf), dan Pesantren Tebuireng yang memadukan antara salaf dan modern.
Buku Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi ini memaparkan secara panjang lebar bagaimana seorang kyai memimpin pesantrenya dengan mengambil tiga tujuan utama dalam pembahasanya, yaitu: (1) Deskripsi tentang Bangunan budaya organisasi pada ketiga pondok pesantren diatas, (2) uraian tentang Kepemimpinan Kyai dalam Memelihara Budaya Organisasi, dan (3) perbandingan antara ketiga pondok guna menemukan bangunan budaya organisasi yang berkarakter, dan menemukan tipologi, peran dan sifat unik kepemimpinan dalam memelihara budaya organisasi.
Ada tiga kata yang menjadi kata kunci (keyword) dalam buku ini, yaitu: pimpinan, kyai dan budaya organisasi.
Pertama, pimpinan. Pemimpin adalah orang dengan misi utama yaitu melakukan perubahan. Perubahan adalah keniscayaan dan sebuah cara agar bisa survive pada masanya dan masa yang akan datang. Seluruh Rasul yang diutus Allah Swt memiliki misi yang sama yaitu untuk melakukan perubahan. Namun, melakukan perubahan bukanlah perkara mudah, seorang pimpinan haruslah memahami benar sisi psikologis, sosiologis, budaya dan bahkan politis. Karenanya, seorang pemimpin haruslah bersikap arif dan cerdas dalam menjalankan misinya.
Kedua, Kyai. Pimpinan atau pengasuh suatu pondok yang memiliki beberapa jenjang lembaga pendidikan disebut kyai. Dalam mengembangkan lembaganya, kyai tidak pernah menghilangkan bentuk aslinya (budayanya). Banyak orang menafsirkan bahwa pondok pesantren masih saja kolot dan statis (jumud), padahal pondok telah berkembang pesat dengan kepemimpinan kyai-nya. Berbagai perubahan dengan tetap menjaga budaya dilakukan secara terus-menerus menuju arah yang lebih baik. Mengutip dari slogan di pondok Modern Darussalam Gontor, ‘Even The Best can be Improved” yang artinya, “Bahkan yang terbaik-pun dapat diperbaiki”.
Ketiga, salah satu tugas berat kyai adalah mengubah budaya organisasi yang dipimpinya. Perubahan yang dimaksudkan adalah tingkat efisiensi dan efektifitas organisasi. Melakukan perubahan yang sedemikian itu tidaklah mudah. Perubahan hanya bisa dilakukan oleh pemimpin yang kaya pengetahuan, cerdas dan dengan visi yang tajam. Selain itu, haruslah juga mau berkorban untuk kemajuan organisasi yang dipimpinya, menggerakkan bawahanya sehingga suasana lebih aktif dan terjadi saling synergi sehingga perubahan tercapai. Namun, pemimpin yang demikian sangatlah minim.
Singkatnya, buku ini sangat menarik dan layak dibaca oleh siapa saja khususnya bagi para praktisi pendidikan agar dapat menjadi referensi dan menambah wawasan tentang kepemimpinan kyai dalam memelihara budaya organisasi. Hal plus lainya adalah bahasan yang mendalam tentang tiga pesantren diatas, mulai dari sejarah berdirinya, Nilai-nilai pesantren sebagai dasar prilaku penghuninya, Tradisi Keilmuan, Tradisi pengelolaan lembaga hingga alur kebijakan pimpinan.
Sebagai buku, pastilah juga memiliki kekurangan. Diataranya adalah jumlah halaman yang tebal (540 Halaman) yang harusnya bisa lebih ringkas dan juga kaedah penulisanya yang masih mengikuti gaya desertasi lengkap dengan latar belakang, tujuan penelitian, kegunaan, kejian sebelumnya hingga sistematika penulisan.
Penulis secara pribadi sangat merekomendasikan buku ini. Selain mengetahui tentang bagaimana seorang kyai memimpin pondoknya, akan menambah wawasan kita tentang hal ihwal pondok yang tidak semua orang tau. Untuk mahasiswa fakultas pendidikan, sepertinya buku ini wajib dibaca guna meningkatkan wawasan keilmuan yang akan dipraktekkan pada masa mendatang.