Review Buku Misykat, Refleksi Tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi

Judul               : Misykat, Refleksi Tentang Islam, Westernisasi & Liberalisasi
Pengarang       : Hamid Fahmy Zarkasyi
Cetakan            : Pertama 2012
Penerbit           : INSIST (Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization

Jum’at 15 Juni 2012 lalu, diadakan bedah buku Misykat di gedung Centre Islamic and Occidental Studies (CIOS) Institut Studi Islam Darussalam Gontor, Kampus Baru Siman. Bedah buku ini seharusnya dihadiri oleh pengarang buku misykat yaitu Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, namun ketika itu beliau sedang cek up kesehatan di sebuah rumah sakit di Surabaya. Akhirnya, acara tetap berjalan walau hanya pembanding yang ada yaitu Dr Syamsuddin Arif (Dosen International Islamic University Malaysia) dan Ust. Khoirul Umam.

Buku Misykat, Refleksi tentang Islam, westernisasi dan liberalisasi - Hamid Fahmy Zarkasyi Gontor ISID IIUM

Buku Misykat, Refleksi tentang Islam, westernisasi dan liberalisasi - Hamid Fahmy Zarkasyi

Acara berjalan dimulai pada jam 08.00 pagi hingga menjalang sholat Jum’at. Pemaparan pertama tentang buku misykat oleh Dr. Syamsuddin Arif. Beliau menyampaikan bahwasanya buku ini memiliki banyak keunggulan dari sisi isi, namun juga tak lengkap rasanya bila buku tersebut tanpa kekurangan.
Buku Misykat diumpamakan Dr. Syamsuddin sebagai secangkir ilmu yang mengandung banyak vitamin dan antibiotik intelektual, bukan hanya setetes ilmu seperti semboyan para penerbit buku pada umumnya. Dalam buku Misykat terdapat vitamin islamisasi dan antibiotik untuk mengenyahkan demam westernisasi dan liberalisasi. Memang kini dunia barat (western) seakan telah menguasai dunia dengan berbagai lininya tak terkecuali ummat Islam. Kehadiran buku ini akan menjadi penguat keislaman kita dan tameng bahkan pencerah di tengah gamangnya isu westernisasi dan liberalisasi.

Analogi Dr. Syamsuddin diatas tentunya bukan tanpa dasar. Sejak orang-orang eropa menginvasi dunia Islam, bangsa-bangsa muslim terjangkiti aneka ragam virus ideologi yang perlahan-lahan menggerogoti keislaman dan keimanan mereka. Ada yang mabuk dengan nasionalisme, ada yang keranjingan komunisme, hanyut dalam aliran sekularisme, jatuh cinta pada liberalisme, atau tergila-gile dengan pluralisme. Ideologi-ideologi tersebut memang sengaja dibuat dan disanjung-sanjung di eropa dan amerika, kemudian memaksanya untuk ditelan oleh bangsa-bangsa lainya. Bukanya menolak, sebagian malah menerima dengan senang hati padahal dibalik idelogi tersebut terselip jebakan yang mengerikan.

Beberapa contoh nyata adalah Hitler yang mengagungkan nasionalisme. Ia akan mengagung-agunkan bangsanya dan menganggap bangsa lain tak lebih dari ras terendah walau di akhir hayatnya ia memutuskan untuk bunuh diri. Perlu dicatat bahwa nasionalisme berbeda dengan jiwa nasional. Nasionalisme menganggap dirinya dan negaranya adalah ras unggul dan yang lain merupakan ras rendah, sedangkan jiwa nasional berarti rasa kepemilikan akan suatu negara dan ia sadar akan kewajiban dan haknya sebagai masyarakat. Seseorang dengan stroke saintisme (gila akan sains) akan mendewakan saintis sebagai penemu –jika bukan penentu- kebenaran. Ucapan ngawur akan keluar dari seorang berpaham pluralisme dan menganggap semua agama sama hanya jalanya yang berbeda. Dikira yang demikian itu merupakan toleransi beragama paling tinggi padahal ia sendiri membangun agama baru bernama Plural yang secara dogmatis meruntuhkan dan tidak mengakui kepercayaan agama lain. Ia menipu oranglain bahkan dirinya sudah tertipu sejak awal.

Buku Misykat berisi berbagai opini dan refleksi tentang Islam, westernisasi dan liberalisasi. Buku ini merupakan kumpulan artikel yang ditulis oleh Dr. Hamid di Jurnal Islam Republika selama 3 tahun. Setiap artikelnya selalu diawali oleh pengalaman penulis dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik kedalam ranah peradaban. Hal ini tentunya membuat pembaca nyaman ketika meyusuri kalimat per kalimat dalam artikel tersebut. Lugas, cerdas dan bernas menjadi ciri khas buku Misykat ini.

Terbitnya buku ini karena keprihatinan penulis melihat banyak cendikiawan muslim berbondong-bondong menyambut wacana demokrasi, kebebasan, kesetaraan gender, pluralitas agama dan semacamnya. Pada giliranya memaksa mereka mngubah mindset, frameword, paradigma, atau wordview mereka yang notabone muslim akan berubah menjadi pluralis, humanis, relativis dan lain sebagainya.

Ideologi dan wacana-wacana tersebut memang sengaja diciptakan agar ummat muslim tidak lagi mempelajari Islam dari para ulama’ salafus sholih terdahulu. Apa saja yang datang dari barat seakan semuanya mutiara yang langsung diambil tanpa diteliti dahulu, sedangkan yang datang dari Islam sendiri malah harus diteliti keotentikanya, kebenaranya dan lain sebagainya. Bukankah ini sebuah logika terbalik. Sumber Islam telah jelas dalam al-Qur’an dan Sunnah ditambah para sohabah, tabi’in, tabi’ut tabi’in dengan ribuan karya-karya spektakuler mereka. Sedangkan apa yang diusung barat tak lebih dari wacana yang bersumber otak manusia yang trauma akan kekangan gereja di masa lalu kemudian memukul rata semua agama akan mengekang pengikutnya.

Intinya, buku ini sangat direkomendasikan untuk kalangan mahasiswa, dosen bahkan masyarakat umum untuk membentengi diri dari paham-paham yang terlihat bagus namun memiliki konsekuensi yang tak kita bayangkan sebelumnya. Membaca buku ini seakan kita menyelami lagi arti Islam dan peradabanya berbanding westernisasi dan liberalisasi.

A perfect book has never been published. Buku ini memiliki beberapa kekurangan diantaranya kekeliruan tipografis atau penulisan huruf . kemudian juga buku ini tidak dilengkapi footnote sebagai buku pemikiran, walau ditulis dengan gaya reflektif.

Laporan Aktualisasi Latsar: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan

Laporan Aktualisasi: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau ...