Perbedaan Pedagogi dan Andragogy

 apa sih Perbedaan Pedagogi dan Andragogi Apa yang membedakan antara pedagogi dengan andragogi? Kenapa sebaiknya paradigma pendidikan harus berubah dari pedagogi ke andragogi? Mahasiswa sering menanyakan hal ini, dan penting sekali basic pemahaman tentang hal ini diberikan kepada mereka. Mari kita lihat perbedaan mendasar dari kedua paradigma pendidikan tersebut.


Pertama, kita lihat dari sisi siswa atau pemelajar; dalam pedagogi, siswa sangat tergantung pada guru. Guru mengasumsikan dirinya bahwa ia bertanggung jawab penuh terhadap apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Gurulah yang mengevaluasi hasil belajar.

Sementara dalam andragogi, siswa adalah mandiri (dialah yang mengarahkan dirinya untuk belajar apa dan bagaimana). Jadi, dialah yang bertanggung jawab atas belajarnya sendiri bukan guru, guru hanya sebatas fasilitator. Begitu pula dengan evaluasi, siswa penting sekali diberikan peluang yang cukup besar untuk melakukan evaluasi diri (self-assessment).


Kedua, kita lihat dari sisi peran pengalaman siswa atau pemelajar; dalam pedagogi, pengalaman guru yang lebih dominan. Siswa mengikuti aktifitas belajar, dimana ia sendiri tidak banyak mengalami sesuatu, kecuali sebagai peserta pasif. Sedangkan dalam andragogi, pemelajar mengalami sesuatu secara leluasa. Pengalaman menjadi sumber utama mengidnetifikasi penguasaan dirinya akan sesuatu. Satu sama lain saling berperan sebagai sumber belajar.

Ketiga, kita lihat dari sisi orientasi terhadap belajar; dalam pedagogi, dalam pedagogi pembelajaran dianggap sebagai proses perolehan suatu pengetahuan (mata ajar) yang telah ditentukan sebelumnya. Materi ajar telah diourutkan secara sistematis dan logis sesuai dengan topik-topik mata ajar. Sedangkan dalam andragogi sebaliknya. Pemelajar harus memiliki keinginan untuk menguasai suatu pengetahuan/keterampilan tertentu, atau pemecahan masalah tertentu yang dapat membuat ia sendiri puas. Pelajaran harus relevan dengan kebutuhan tugas nyata pemelajar itu sendiri. Mata ajar didasarkan atas situasi pekerjaan atau kebutuhan real pemelajar, bukan berdasarkan topik-topik tertentu yang sudah ditentukan.

Keempat, kita lihat dari sisi motivasip belajar; dalam pedagogi, motivasi datang secara eksternal, artinya disuruh atau dipaksa atau diwajibkan atau dituntut untuk mengikuti suatu pendidikan tertentu. dalam andragogi, motivasi lebih bersifat internal, datang dari diri sendiri sebagai wujud dari aktualisasi diri, penghagraan diri dan lain-lain

Begitulah karakteristik andragogi
menurut mbah Malcom Knowles (1984), dalam bukunya, "Self-directed Learning". Andragogy memang merupakan teori orang dewasa. Oleh karena itu, orang dewasa harus diajar dengan pendekatan andragogi seperti dijelaskan di atas. Namun demikian, menurut saya andragogi tidak hanya berlaku untuk orang dewasa, kalo ceritanya seperti di atas. Betul ga? untuk semua orang harusnya seperti itu, lebih bersifat student-centered daripada kebanyakan sistem pmbelajaran seperti saat ini yang cenderung masih bersifat teacher-centered learning.


Sumber Asli: http://fakultasluarkampus.net/2009/10/pedagogy-vs-andragogy/

Teori Andragogy M. Knowles

Teori Andragogy M. Knowles
Memperluas bahasan pendidikan, halim.web.id mencoba menguraikan beberapa hal tentang andragogy.

Teori Andragogy Knowles
adalah suatu usaha untuk mengembangkan teori khusus untuk orang dewasa belajar. Knowles menekankan bahwa orang dewasa mandiri dan berharap untuk mengambil tanggung jawab atas keputusan. Dewasa program pembelajaran harus mengakomodasi aspek mendasar.



Andragogi
membuat asumsi berikut tentang desain pembelajaran: (1) Orang dewasa perlu mengetahui mengapa mereka harus mempelajari sesuatu (2) Orang dewasa perlu belajar experientially, (3) Dewasa pendekatan pembelajaran sebagai pemecahan masalah, dan (4) belajar Dewasa terbaik ketika topik adalah nilai-nilai langsung.


Secara praktis, Andragogi berarti bahwa instruksi untuk orang dewasa harus lebih fokus pada proses dan kurang pada konten yang diajarkan. Strategi seperti studi kasus, bermain peran, simulasi, dan evaluasi diri yang paling berguna. Instruktur mengadopsi peran fasilitator atau sumber daya bukan dosen atau grader.

Ruang Lingkup / Aplikasi:

Andragogi berlaku untuk segala bentuk pembelajaran orang dewasa dan telah digunakan secara luas dalam perancangan program pelatihan organisasi (terutama untuk bagian "soft skill" seperti pengembangan manajemen).

Contoh:

Knowles (1984, Lampiran D) memberi contoh penerapan prinsip-prinsip Andragogi dengan desain pelatihan komputer pribadi:

  1. Ada kebutuhan untuk menjelaskan mengapa hal-hal tertentu yang diajarkan (misalnya, perintah tertentu, fungsi, operasi, dll)

  2. Instruksi harus berorientasi tugas bukan menghafal - kegiatan belajar harus dalam konteks tugas umum yang akan dilakukan.

  3. Instruksi harus mempertimbangkan berbagai latar belakang yang berbeda dari peserta didik, materi pembelajaran dan kegiatan harus memungkinkan untuk berbagai tingkat / jenis pengalaman sebelumnya dengan komputer.

  4. Karena orang dewasa mandiri, instruksi harus memungkinkan peserta didik untuk menemukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, memberikan bimbingan dan bantuan ketika kesalahan yang dibuat.

Prinsip Aplikasi Andragogi:

  1. Orang dewasa perlu dilibatkan dalam perencanaan dan evaluasi instruksi mereka.

  2. Pengalaman (termasuk kesalahan) memberikan dasar bagi kegiatan belajar.

  3. Orang dewasa yang paling tertarik untuk belajar mata pelajaran yang memiliki relevansi langsung dengan pekerjaannya atau kehidupan pribadi.

  4. Belajar dewasa adalah masalah-berpusat daripada konten-oriented.

Referensi artikel andragogy:

Knowles, M. (1975). Self-Directed Learning. Chicago: Follet.

Knowles, M. (1984). The Adult Learner: A Neglected Species (3rd Ed.). Houston, TX: Gulf Publishing.

Knowles, M. (1984). Andragogy in Action. San Francisco: Jossey-Bass.


Mengenal Andragogi

Pengertian Andragogi. Andragogi (Andragogy), terdiri dari strategi belajar yang terfokus pada orang dewasa. Hal ini sering diartikan sebagai proses melibatkan siswa atau pembelajar dewasa dengan struktur belajar pengalaman. Awalnya digunakan oleh Alexander Kapp (pendidik Jerman) pada tahun 1833, Andragogi dikembangkan menjadi sebuah teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Malcolm Knowles.


Knowles menegaskan bahwa Andragogi (Yunani: "Orang-terkemuka") harus dibedakan dari pedagogi lebih sering digunakan (bahasa Yunani: "anak-terkemuka").

teori Knowles 'dapat dinyatakan dengan enam asumsi yang berhubungan dengan motivasi belajar orang dewasa:

  1. Orang dewasa perlu mengetahui alasan untuk belajar sesuatu (Harus Tahu)

  2. Pengalaman (termasuk kesalahan) menyediakan dasar untuk kegiatan belajar (Foundation).

  3. Orang dewasa harus bertanggung jawab atas keputusan mereka untuk pendidikan, keterlibatan dalam perencanaan dan evaluasi instruksi mereka (Self-konsep).

  4. Orang dewasa yang paling tertarik untuk belajar mata pelajaran memiliki relevansi langsung dengan pekerjaan mereka dan / atau kehidupan pribadi (Kesiapan).

  5. belajar dewasa adalah masalah-berpusat daripada konten berorientasi (Orientasi).

  6. Orang Dewasa merespon lebih baik untuk motivator internal versus eksternal (Motivasi).

Istilahandragogi ini telah digunakan oleh beberapa untuk memungkinkan diskusi tentang kontras antara mandiri dan 'mengajar' pendidikan.
Keanekaragaman dan generalisasi

peserta didik dewasa adalah sangat beragam [contoh diperlukan] kelompok. Mahasiswa pascasarjana di bidang kedokteran atau fisika dapat merespon secara berbeda [contoh diperlukan] dari mahasiswa MBA eksekutif atau orang dewasa kembali untuk menyelesaikan ijazah sekolah tinggi. teori Knowles mungkin tidak berlaku bagi banyak kelompok siswa dewasa.

Kritik

Knowles sendiri mengubah posisinya di Andragogi apakah benar-benar diterapkan hanya untuk orang dewasa dan mulai percaya bahwa "pedagogi-Andragogi merupakan sebuah kontinum mulai dari guru-diarahkan untuk belajar siswa-diarahkan dan yang kedua pendekatan yang sesuai dengan anak-anak dan orang dewasa, tergantung pada situasi . "

Apa itu belajar?

hakekat Belajar

imtaq.com Apakah belajar itu ?pastinya, belajar berbeda dengan pendidikan. Kita biasa membicarakan belajar di kelas, di sekolah, di rumah dan ketika berkumpul dengan teman. Trus, belajar itu apaan sih? Ada yang mengatakan belajar itu menghafal, atau menghitung, atau ngerjain PR de el el... yuk kita lihat arti belajar di bawah ini menurut para ahlinya...


Menurut Gagne (1984: ) belajar didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman. Galloway dalam To

Sekilas IKPM Gontor

IKATAN KELUARGA PONDOK MODERN (IKPM) GONTOR. Disampaikan dalam: Pembekalan Kelas 6 tahun 2010, Selasa malam, 10 Agustus 2010
IKPM dalam Lintas Sejarah
Sejarah terbentuknya IKPM Gontor. Tahun 1949, diadakan Kongres Muslimin Indonesia di Jogjakarta. KH. Imam Zarkasyi turut hadir. Berangkat dengan kereta uap, lewat Surabaya demi keamanan, ditemani oleh Mukari. Bertemu dengan 6 orang peserta lain dari Kalimantan, dipimpin oleh H. Idham Cholid, seorang alumni Gontor. Tampak rasa "tunggal guru" yang kuat.

Lintas Sejarah

Mukari,"Begini Pak, saya yakin cita-cita Bapak akan tercapai, Pondok Modern akan abadi. Masa depannya cerah." Ketika Kongres Muslimin, banyak alumni Gontor yang menjadi wakil daerah dan organisasi. Bertemu di rumah Bpk. Dukhan di Ngasem - Jogjakarta, menyepakati dibentuknya Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM)

17 Desember 1949, IKPM Berdiri
31 Oktober 1951, Diresmikan dalam Kongres I (pertama) bertepatan dengan Peringatan Seperempat Abad,19 April 2009 Nama IKPM disempurnakan menjadi "IKPM Gontor" 

Organisasi IKPM Gontor 
Apa itu IKPM Gontor?

IKPM Gontor adalah "satu-satunya" organisasi kealumnian Pondok Modern Darussalam Gontor, berpusat di dalam kompleks PMDG dan merupakan salah satu lembaga yang berfungsi membantu tugas Pimpinan Pondok Modern. Organisasi ini berasaskan Islam, dan bersifat kekeluargaan.

Apa tujuan dibentuknya IKPM Gontor?

IKPM Memiliki 4 tujuan mulia, yaitu:


  1. Mempererat kekeluargaan dan membina persatuan umat.
  2. Mempertinggi budi pekerti dan kecerdasan para anggota dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT serta berkhidmad kepada Bangsa dan Negara.
  3. Mengusahakan kesejahteraan anggota.
  4. Turut serta bertanggung jawab atas kelangsungan hidup Pondok Modern Darussalam Gontor dalam rangka mencapai cita-cita menjujung tinggi agama Islam sesuai dengan Piagam Penyerahan Wakaf Pondok Modern pada tanggal 28 Rabiul Awal 1378/12 Oktober 1958.
Siapa saja anggota IKPM Gontor?

Anggota Biasa IKPM

Anggota biasa adalah orang laki-laki atau perempuan yang pernah belajar di Pondok Modern Darussalam atau cabang-cabangnya minimal 1 tahun.

Anggota Kehormatan IKPM
Anggota kehormatan adalah setiap muslim yang berjasa terhadap IKPM Gontor dan atau kepada Pondok Modern Darussalam Gontor.

Apa saja kegiatan IKPM Gontor? 
IKPM tidak bisa dibelokkan menjadi organisasi politik, karena politik lebih banyak menjadikan kita berpisah jika berbeda pandangan. Maka, apapun politik seorang alumni Gontor, IKPM tidak boleh dipolitikkan.(KH. Akrim Mariyat)


Ruang Lingkup Kegiatan IKPM Gontor 
A. Bidang Pendidikan

  1. Mengupayakan berdirinya Pondok pesantren alumni dan mendukung kelangsungan hidup dan terselenggaranya pendidikan pesantren ala Gontor.
  2. Menyelenggarakan pendidikan formal, non formal dan informal yang tetap mengutamakan nilai-nilai pendidikan Islam.
  3. Menyelenggarakan bimbingan test masuk KMI dan ISID.
  4. Memotivasi keluarga IKPM Gontor dan masyarakat untuk memasukkan putra-putrinya di Pondok Modern Gontor (KMI dan ISID) dan pondok alumni.
  5. Menginventarisasi dan mengindentifikasi lembaga-lembaga pendidikan setempat yang dikelola alumni.
  6. Memberikan pengarahan kepada calon guru yang akan mengabdi di pondok alumni setempat.
  7. Mengupayakan orang tua asuh dari yang mampu di lingkungan IKPM cabang bagi calon santri dan santri PM Gontor yang tidak/kurang mampu.


B. Dakwah Islamiyah

  1. Mengadakan dan membina pengajian dan majelis ta'lim.

  2. Merealisasikan terbentuknya forum komunikasi antar da'i dari berbagai golongan dan tingkatan.

  3. Mengadakan penataran dakwah bagi mubaligh alumni Pondok Modern Gontor.

  4. Bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain untuk kepentingan dakwah.

  5. Membuat peta dakwah dan memanfaatkan sarana-sarana dakwah yang ada.

  6. Membina anggota IKPM Gontor agar menjadi suri tauladan dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara dengan berpegang teguh pada nilai-nilai Islam.


  7. Melakukan kontrol sosial terhadap alumni Pondok Modern Gontor agar selalu berpegang teguh pada nilai-nilai pendidikan Pondok Modern Gontor.

    C. Bagian Publikasi dan Website

  8. Memberikan layanan informasi tentang Pondok Modern Gontor melalui media cetak maupun elektronik (audio-visual).

  9. Menerbitkan Buletin IKPM setiap empat bulan sekali.

  10. Update berita tentang IKPM di www.ppikpm.gontor.ac.id

  11. Menjalin kerjasama dengan Majalah Gontor dalam penyebarluasan informasi tentang IKPM.

  12. Menerbitkan buku dan karya ilmiah anggota IKPM Gontor.

  13. Membentuk jaringan distribusi hasil karya tulis alumni Gontor.


  14. Menerbitkan hasil pelatihan dan seminar yang diselenggarakan oleh PP-IKPM Gontor.

    D. Pemberdayaan Ekonomi

  15. IKPM Pusat mendorong berdirinya usaha-usaha ekonomi di setiap IKPM Cabang

  16. Membuat jaringan usaha ekonomi antar warga IKPM dengan basis kejujuran dan komunikasi intensif.

  17. IKPM hendaknya memiliki sektor riil bidang usaha untuk menjalin silaturrahim antar warga IKPM

  18. IKPM Pusat mendata anggota IKPM Gontor yang bergerak di bidang usaha.

  19. Membuat daftar pengusaha IKPM di website IKPM.


  20. IKPM membuat facebook untuk pusat informasi usaha agar alumni saling mengenal profil usaha masing-masing.

    Etika Usaha Ekonomi IKPM Gontor
  • Dilaksanakan atas ajaran Islam.

  • Dilaksanakan atas dasar kejujuran, keterbukaan, dan akuntabilitas.

  • Bertujuan untuk mensejahterakan anggota IKPM Gontor.

    Prinsip-prinsip Usaha Ekonomi IKPM Gontor

  • Gotong royong dan kerjasama .

  • Yang kuat membantu yang lemah.

  • Saling menguntungkan.

  • Tidak saling merugikan.

  • Dapat dipercaya dan tepat janji.

  • Memberikan Kesempatan usaha dan kerja bagi alumni.

  • Persaingan yang sehat.

  • Mengutamakan profesionalisme kerja.

  • Menyisihkan sebagian hartanya unruk kepentingan da'wah, organisasi, dan pendidikan.


PESANTREN LEMBAGA PENDIDIKAN KHAS INDONESIA

PESANTREN,LEMBAGA PENDIDIKAN KHAS INDONESIA

Pesantren adalah lembaga yang kaya akan potensi integrasi sosial. Jangkauannya yang luas, kedekatannya dengan masyarakat dan kemampuannya membangun pembelajaran lintas generasi sangat dibutuhkan sekali oleh masyarakat Indonesia yang sedang dalalm masa transisi.

Disitu pesantren menemukan fokusnya pada upaya melahirkan alumni-alumni yang tidak hanya bermodal pengakuan akan tetapi out put yang dapat bertumpu pada kejituan bertindak dalam perilaku yang berwatak atau berkarakter. Diharapkan alumni dari pesantren memiliki cirri khas atau karakter dalam segala tindak tanduknya dimana dia berdomisili dengan komunitas di masyarakatnya.


Jika kita berbicara tentang perkembangan pesantren, maka kita juga akan berbicara masalah perkembangan sejarah yang amat panjang. Dalam kerangka waktu 600 tahun akan tampak bahwa pesantren berkembang pada setiap tahap dan memberikan jawaban-jawaban sesuai dengan kepribadiannya, sesuai dengan kemampuannya yang nyata yang dimiiki olehnya. Sejak masa kebangkitan nasional, telah kita ketahui bahwa pada tahun 1920-an adalah tahun –tahun kebangkitan pesantren. Pada masa awal kemerdekaan, jawaban-jawaban ketika Indonesia masih dalam proses pembentukannya, termasuk pembentukan dasar Negara dan juga undang-undang dasar, ketika terjadi konflik-konflik internal dari berbagai kelompok yang ingin merdeka, pesantren memiliki posisi yang tersendiri dalam indonesia yang satu.


Perkembangan ini mengingatkan kita pada kalimat hikmah di pesantren, yaitu al-muhafadzah 'ala al-qadim ash-shalih ma'a al-akhdzi bil jadid al-ashlah, kata-kata ini dalah wisdom atau hikmah yang luar bisa nilainya. Dengan slogan itu kita berarti diajak untuk melestarikan yang lama yang masih baik dan mengambil yang baru yang lebih baik. Pesantren tumbuh dengan mengembangkan al-qadim ash-sholih dengan belajar ilmu-ilmu manajemen, teknologi informasi, komunikasi dan lain sebagainya, sehingga tidak monoton kepada pengkajian kitab klasik saja. Sehingga dengan begitu, para alumni pesantren dituntut untuk bisa hidup dizamannya dengan ilmu-ilmu yang dimilikinya.

Pengembangan pesantren yang ideal adalah perkembangan dari dalam atau development from within, seperti para guru pesantren melakukan kunjungan kelembaga pendidikan lain guna mengambil masukan atau input. Untuk itu tampak beberapa model pengembangn pesantren.


Pertama,
mengembangkan keaneka ragaman pendidikan, sesuai dengan pilihan, minat dan bakat santri. Disinilah kelebihan sistem pesantren, yang perlu sekali dikembangkan secara lebih kreatif.
Kedua,
mengembangkan pendidikan yang bukan menghasilkan alumni yang siap pakai (ready for use), yang pada dasarnya tidaklah ada, karena lembaga bukanlah sebuah pabrik atau siap belajar lagi (ready to learn) saja, melainkan pendidikan yang menyiapkan tamatan yang siap untuk dilatih kembali dengan keahlian yang berbeda (retrainable).
Ketiga,
mengembangkan pendidikan yang berorientasi pada pengembangan keilmuan, seperti bahasa, metodologi, dan penelitian.
Keempat,
mengembangkan pendidikan yang beraspek pelayanan dan bimbingan sosial keagamaan, termasuk menyiapkan da'i dan guru agama yang mumpuni sesuai dengan kebutuhan umat.


Kunci pengembangan pesantren adalah pengembangan metodologi, bahasa, manajemen pendidikan dan perpustakan bebasis teknologi informasi. Kunci-kunci pengembangan itu membekali pesantren untuk memulihkan jati dirinya yang bertumpu pada ruhul intiqod (sense of critism), ruhut taftisy (sense of inquiry), ruhul ibtikar (sense of discovery), dan ruhul ikhtira' (sense of creation).

Pendidikan tidak hanya dipahami sebagai kebutuhan yang pemenuhannya relative dan bisa digantungkan pada kemampuan sosial ekonomi masyarakat, sehingga hanya yang kaya sajalah yang dapat menikmati pendidikan di pesantren yang berkualitas, melainkan seharusnya juga dipahami sebagai hak santri sebagai warga negara. Sebagai hak, maka pemenuhannya normatif dan tidak dapat digantungkan pada kemampuan sosial ekonomi masyarakat. Beginilah seharusnya cara-cara pesantren dalam memperjuangkan hak-hak santri sebagai muslim dan warga Negara. Pada gilirannya berpengaruh pada kapasitas pesantren sebagai lembaga yang hidup ditengah-tengah masyarakat.

Kelembagaan pesantren menemukan polanya yang tidak jauh berbeda sejak akhir abad ke-15 hingga dewasa ini. Pembaruan yang ada menemukan bentuknya pada replikasi Madrasah Nidzamiyah yang berkembang di Baghdad sejak 459 h/1067m. keberhasilan madrasah ini di kalangan pesantren ditunjukkan oleh pesantren Tebu Ireng Jombang yang berdiri sejak tahun 1934. Bedanya adalah, bahwa yang di Baghdad didirikan untuk memasok pegawai dan hakim dalam pemerintahan Nidzam al-Mulk, ia adalah wazir dari Dinasti Saljuk. Sementara pesantren yang ada di Indonesia didirikan sebagai bentuk alternasi pesantren terhadap model barat yang didirikan oleh Hindia-Belanda. Sejak Indonesia merdeka, berangsur-angsur berdiri universitas dan perguruan tinggi yang dapat dikatakan justru sebagai kelanjutan dari Madrasah Nidzamiyah di Baghdad.

Sumber: http://elanglicesumatera.blogspot.com/2010/07/pesantren-lembaga-pendidikan-khas.html

Laporan Aktualisasi Latsar: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan

Laporan Aktualisasi: Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur'an Kelas V SDN 006 Penarikan, Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan, Riau ...